Rabu 25 Aug 2021 18:46 WIB

Wapres Harap Perbedaan MUI Jangan Jadi Alasan Ketidaksatuan

MUI sebagai imamah institusional bagi ormas Islam.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Wakil Presiden Maruf Amin.
Foto: Dok KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap seluruh anggota maupun ormas yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus menjaga kebersamaan dalam gerakan. Wapres berharap perbedaan pandangan atau cara berpikir ormas tak menjadi alasan ketidaksatuan MUI sebagai imamah institusional bagi ormas Islam.  

"Perbedaan-perbedaan yang di ormas sebenarnya bukan sesuatu yang harus menjadi ketidaksatuan, perbedaan itu tidak boleh menjadi sesuatu yang bisa menimbulkan konflik," kata Wapres saat hadir di pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) MUI 2021, Rabu (25/8).

Kiai Ma'ruf mengingatkan, sebagai imamah institusional bagi ormas Islam, MUI memiliki tugas untuk menkonsolidasikan semua ormas di dalamnya. Apalagi kata Kiai Ma'ruf, di dalamnya terdapat 61 ormas yang memiliki legitimasi dan juga tokoh-tokoh Islam jika dikonsolidasikan akan menjadi kekuatan besar umat.

Karena itu, ia berharap ada penyamaan cara berpikir dan juga koordinasi gerakan ke depan.

"Sebenarnya untuk menyatukan seluruh kekuatan itu secara prinsip ajarannya sudah ada dalam Al-Quran. Hanya memang dalam implementasinya, ini masih belum utuh, belum bisa merupakan satu gerakan bersama," ungkapnya yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu.

Karena itu, saat ini Dewan Pertimbangan MUI juga sedang menyiapkan konsep tentang upaya menyatukan gerakan lebih implementatif. Sehingga bisa diketahui apa saja yang harus diperbaiki.

Wapres juga mengingatkan, perbedaan cara pandang dalam gerakan bukan saja terjadi pada saat ini, tetapi sejak zaman sahabat nabi, dan para tabi'in. Bahkan, perbedaan yang ada di zaman itu justru tidak membuat para tabiin kehilangan rasa persatuan dalam Islam.

Sebab kata Wapres, tujuannya mereka dalam berpandangan untuk kemaslahatan bersama, sehingga perbedaan tidak menjadi sesuatu yang bisa menimbulkan konflik.

"Karena tujuan murni yang suci itulah yang menyatukan mereka, walaupun mereka berbeda-beda cara berpikirnya dan ijtihadnya di dalam mencapai sesuatu yang menurut mereka baik. Jadi sebenarnya tidak ada alasan perbedaan itu membuat kemudian tidak bersama," ungkapnya.

Karena itu, ia berharap dalam menyikapi perbedaan juga tidak didasari dengan kepentingan tertentu. Sebab, perbedaan akan menjadi sumber konflik ketika diintervensi oleh kepentingan sepihak maupun hawa nafsu.

"Barangkali jadi penting, sepanjang tidak ada hawa nafsu, kepentingan-kepentingan, kata ulama itu kepentingan perorangan, insya Allah ini sebenarnya ini tidak perlu ada. ini yang ingin kita ramu kembali menjadi seperti orang-orang dahulu," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement