Jumat 03 Sep 2021 13:57 WIB

Taliban: Pemerintahan Inklusif akan Dideklarasikan

Taliban akan mendeklarasikan pemerintahan

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
 Pasukan Taliban berkumpul untuk merayakan penarikan pasukan AS di Kandahar, Afghanistan, 1 September 2021. Taliban menyerukan dukungan dari masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat konflik selama dua dekade dan sangat bergantung pada bantuan asing.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pasukan Taliban berkumpul untuk merayakan penarikan pasukan AS di Kandahar, Afghanistan, 1 September 2021. Taliban menyerukan dukungan dari masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat konflik selama dua dekade dan sangat bergantung pada bantuan asing.

IHRAM.CO.ID, KABUL — Taliban mengatakan pada Rabu (1/9) bahwa mereka akan mendeklarasikan pemerintahan pada Jumat (3/9). Pemerintah baru akan mewarisi negara yang tertatih di ambang kehancuran ekonomi, setelah lebih dari dua pekan setelah milisi Islam merebut kendali.

Pemimpin kantor politik Taliban Sher Mohammad Abbas Stanikzai mengatakan kepada media lokal, bahwa Imarah Islam akan mendeklarasikan dalam dua hari ke depan sebuah pemerintahan yang inklusif. Sumber mengatakan kepada AFP, bahwa Kabinet dapat dipresentasikan setelah sholat subuh pada hari Jumat, sementara Ahmadullah Muttaqi, seorang pejabat Taliban, mengatakan di media sosial sebuah upacara sedang dipersiapkan di istana presiden di Kabul.

"Pemimpin tertinggi gerakan Haibatullah Akhundzada diperkirakan memiliki kekuasaan tertinggi atas dewan pemerintahan baru, dengan seorang presiden di bawahnya," kata para pejabat Taliban dilansir dari Saudi Gazette, Jumat (3/9).

Taliban memberlakukan bentuk radikal hukum Syariah, dari tahun 1996 hingga 2001, dan mereka digulingkan oleh pasukan pimpinan AS. Kini mereka telah menjanjikan aturan yang lebih lembut sejak mereka kembali.

Namun demikian, AS, Uni Eropa, dan lainnya meragukan jaminan tersebut. Mereka juga menyatakan bahwa bantuan ekonomi apa pun yang akan menyusul akan bergantung pada tindakan Taliban setelah berkuasa.

Legitimasi pemerintah di mata para donor dan investor internasional akan sangat penting bagi perekonomian saat negara itu memerangi kekeringan dan kerusakan akibat konflik 20 tahun yang menewaskan sekitar 240 ribu warga Afghanistan.

Organisasi kemanusiaan telah memperingatkan bencana yang akan datang dan ekonomi yang selama bertahun-tahun bergantung pada bantuan luar negeri. Perkonomian mereka diperkirakan akan tenggelam sebesar 9,7 persen tahun ini dan 5,2 persen tahun depan, kata Fitch dalam sebuah laporan.

Investasi asing akan diperlukan untuk mendukung pandangan yang lebih optimis, sebuah skenario yang mengasumsikan beberapa ekonomi utama, yaitu China dan Rusia akan menerima Taliban sebagai pemerintah yang sah.

Sementara itu, pasukan dan pejuang Taliban yang setia kepada pemimpin lokal Ahmad Massoud bertempur di Lembah Panjshir Afghanistan pada hari Kamis, lebih dari dua minggu setelah milisi Islam merebut kekuasaan.

Panjshir adalah provinsi Afghanistan terakhir yang menentang kekuasaan Taliban, yang menggulingkan pemerintah yang didukung Barat ketika AS dan pasukan asing lainnya mundur setelah 20 tahun telah membuat negara itu dalam kekacauan.

Masing-masing pihak mengatakan telah menimbulkan banyak korban. "Kami memulai operasi setelah negosiasi dengan kelompok bersenjata lokal gagal," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Pejuang Taliban telah memasuki Panjshir dan menguasai beberapa wilayah, katanya. "Mereka (musuh) menderita kerugian besar."

Seorang juru bicara kelompok pemberontak Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRFA) mengatakan mereka memiliki kendali penuh atas semua jalan masuk dan pintu masuk dan telah mendorong kembali upaya untuk merebut distrik Shotul.

Musuh melakukan beberapa upaya untuk memasuki Shotul dari Jabul-Saraj, dan selalu gagal, mengacu pada sebuah kota di provinsi tetangga Parwan.

Sejak Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus, beberapa ribu pejuang dari milisi lokal dan sisa-sisa angkatan bersenjata pemerintah telah berkumpul di Panjshir di bawah kepemimpinan Massoud, putra seorang mantan komandan Mujahidin.

Mereka telah bertahan di lembah curam di mana serangan dari luar sulit dilakukan. Upaya untuk merundingkan penyelesaian tampaknya telah gagal, dengan masing-masing pihak menyalahkan pihak lain atas kegagalan tersebut

Di Panjshir, juru bicara NRFA mengatakan pasukannya telah membunuh sejumlah besar pejuang Taliban di dua front sejak bentrokan pertama pecah awal pekan ini. "Telah terbukti di pihak lain bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan masalah ini melalui perang," kata juru bicara itu.

Kedua belah pihak memberikan angka yang berbeda untuk korban yang lain, tanpa memberikan bukti. Tidak mungkin untuk memverifikasi jumlah pejuang di kedua sisi yang tewas.

Taliban mengatakan lembah Panjshir dikelilingi di keempat sisi dan kemenangan pemberontak tidak mungkin. Para pemberontak mengatakan mereka akan menolak untuk menyerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement