Sabtu 04 Sep 2021 08:45 WIB

Dolar AS Melemah, Emas Berjangka Ditutup Menguat

Emas naik ke level tertinggi dalam 2,5 bulan.

Emas berjangka terangkat lebih dari satu persen ke level tertinggi dalam 2,5 bulan pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (3/9), karena pertumbuhan pekerjaan AS yang lebih lambat dari perkiraan pada Agustus mendorong dolar lebih rendah.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Emas berjangka terangkat lebih dari satu persen ke level tertinggi dalam 2,5 bulan pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (3/9), karena pertumbuhan pekerjaan AS yang lebih lambat dari perkiraan pada Agustus mendorong dolar lebih rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka terangkat lebih dari satu persen ke level tertinggi dalam 2,5 bulan pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (3/9), karena pertumbuhan pekerjaan AS yang lebih lambat dari perkiraan pada Agustus mendorong dolar lebih rendah. Ini menimbulkan keraguan tentang kepastian waktu pengurangan stimulus Federal Reserve.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, melonjak 22,2 dolar AS atau 1,23 persen, menjadi ditutup pada 1,833,70 dolar AS per ounce. Emas berjangka menguat 0,8 persen untuk minggu ini.

Pertumbuhan lapangan pekerjaan AS pada Agustus jauh di bawah ekspektasi di tengah lonjakan infeksi COVID-19. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (3/9) bahwa pengusaha-pengusaha AS hanya menambahkan 235.000 pekerjaan pada Agustus, lebih rendah dari ekspektasi pasar dan lebih rendah dari kenaikan pekerjaan yang direvisi naik sebesar 1,1 juta pada Juli dan 962.000 pada Juni.

Indeks dolar tergelincir segera setelah laporan tersebut dirilis, sehingga memperkuat daya tarik emas bagi mereka yang memegang mata uang lainnya. "Emas menerima dorongan sambutan dari laporan (pekerjaan) yang jauh lebih lemah," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.

Beberapa analis berpendapat bahwa data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan dapat memberikan alasan kepada Federal Reserve untuk mendorong kembali pengurangan pembelian aset. Sementara beberapa yang lain berpendapat bahwa data tersebut tidak mungkin mengubah permainan mengingat peningkatan tajam dalam data pekerjaan AS dalam beberapa bulan lalu.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa jika pertumbuhan pekerjaan berlanjut, The Fed dapat mulai memotong pembelian aset tahun ini, tetapi akan tetap berhati-hati untuk menaikkan suku bunga. Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang mungkin mengikuti langkah-langkah stimulus, sementara suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Fokus pasar akan beralih ke pertemuan FOMC September mendatang. Kami terus melihat risiko kenaikan lebih lanjut untuk emas mengingat ekspektasi kami terhadap dolar melemah dan imbal hasil riil tetap sangat negatif," kata Suki Cooper, analis logam mulia di Standard Chartered Bank.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 88,4 sen atau 3,7 persen, menjadi ditutup pada 24,802 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 27,4 dolar atau 2,76 persen, menjadi ditutup pada 1.021,6 dolar per ons.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement