Sabtu 04 Sep 2021 09:12 WIB

Fahri Hamzah Sindir Partai Oposisi tak Banyak Manuver

Fahri merasa khawatir adanya kongkalikong antara pemerintah dan partai oposisi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Erik Purnama Putra
Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 Fahri Hamzah usai mendapat tanda kehormatan dari Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (13/8/2020).
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 Fahri Hamzah usai mendapat tanda kehormatan dari Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (13/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum partai Gelora Fahri Hamzah menyindir partai oposisi yang dianggap tak banyak bermanuver untuk mengkritisi kebijakan pemerintah. Menurut Fahri, hal itu membuat rakyat yang harus turun tangan mengkritisi pemerintah.

Saat ini, hanya terdapat dua partai di luar lingkaran pemerintah, yaitu Demokrat dan PKS. Hal itu setelah PAN bergabung dengan pemerintah. Fahri menilai, rakyat terus menjadi korban, bahkan setelah pemilu selesai pada 2019.

"Mengapa rakyat tidak istirahat urus politik dan fokus cari kehidupan? Karena yang diberi amanah lalai dan sibuk pencitraan," kata Fahri di Jakarta pada Jumat (3/9).

Menurut dia, rakyat harusnya berhenti berpolitik dan bergesekan setelah pemilu. Ia menyinggung rakyat yang belum bisa hidup tenang pasca Pemilu.

"Karena sistem perwakilan absen, kongresional yang tak dimengerti oleh parpol yang sudahduduk dapat fasilitas, gaji dan sekaligus kekebalan," ujar eks politikus PKS itu.

Fahri mengajak rakyat tidak bertengkar pascapencoblosan. Dia meyakini politik seharusnya kembali normal setelah masa kampanye.

"Biar mereka, terutama yang menyebut diri partai oposisi yang bertengkar melawan eksekutif dan pendukungnya, bukan kita. Mereka enak berantem dapat duit, lah kita?" ucap Fahri yang mendukung Gibran dan Boby maju di Pilkada Solo dan Medan.

Fahri meminta oposisi yang duduk di parlemen untuk bertarung dengan eksekutif. Sebab, mereka telah memperoleh penghasilan dari uang rakyat.

"Kami rakyat sebenarnya pengen nonton saja sesekali, malam-malam atau pagi-pagi, sebuah panggung politik yang seru dan mencerdaskan, juga menyehatkan kehidupan dan perekonomian," tutur Fahri.

"Tapi sayang semua diam, menyebut diri oposisi, tapi ngomel gak keruan. Akhirnya kami dipaksa ikut pertengkaran," tutur Fahri.

Oleh karena itu, Fahri merasa khawatir adanya kongkalikong antara pemerintah dan partai oposisi. Sehingga, hal itu menyebabkan sepinya ruang kritis oposisi.

"Jika kalian sepi kami cemas karena artinya ada persekongkolan. Kalian sekongkol rakyat tawuran. Sudahlah, masa ginian aja gak paham. Dan jangan sekali-kali nyalahin kami yang kasi jabatan dan gaji kalian," tegas Fahri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement