Sabtu 04 Sep 2021 10:20 WIB

Beda Praktik Sai Masa Jahiliyah dan Era Risalah Islam

Sai pada masa jahiliyah disandarkan kepada berhala-berhala

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Sai pada masa jahiliyah disandarkan kepada berhala-berhala. Ilustrasi sai
Foto: Republika/ Nashih Nashrullah
Sai pada masa jahiliyah disandarkan kepada berhala-berhala. Ilustrasi sai

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Sai merupakan syariat Islam yang dilakukan saat ibadah haji dan umroh. Jika bersai sesuai dengan tuntunan-Nya, seseorang mengedapankan dan memaklumkan tanda-tanda agama Allah SWT. 

"Sekaligus mengedapankan dan memaklumkan rasa tunduk dan ketaatan kepada Allah SWT," tulis Prof Quraish Shihab dalam tafsirnya Al Misbah. 

Baca Juga

Prof Quraish mengatakan, tadinya kaum musyrikin melakukan Sai. Namun Sai yang dilakukan mereka mengandung unsur kemusyirikan dan penyembahan berhala. Mereka berihram atas nama berhala Manat, kemudian melakukan sai. 

"Saat Sai di puncak Bukit Shafa mereka meletakkan patung yang mereka namakan Isaf. Sedangkan di puncak Marwah diletakkan berhala  Na’ilah," katanya. 

Kaum Muslimin, sepenuhnya sadar bahwa hal tersebut tidak dibenarkan agama, karena itu mereka ragu melakukan sai. 

 إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Mahamensyukuri kebaikan lagi Mahamengetahui." (Al Baqarah ayat 158).    

Untuk menghilangkan keraguan tersebut, ayat di atas melanjutkan, “Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumroh, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya.” 

Prof Quraish, mengatakan adalah haji berkunjung ke Makkah dan sekitarnya, demi karena Allah dengan berihram pada waktu tertentu dan melaksanakan amal-amal ibadah tertentu, seperti thawaf, sai, wuquf di Arafah, melontar, dan lain-lain. 

Sedangkan umroh , adalah berkunjung ke Masjidil Haram demi karena Allah, dengan berihram dan melaksanakan thawaf, serta sai antara Shafa dan Marwah, kemudian menggunting rambut setelah selesai berthawaf.  

"Semua yang melakukan sai (usaha) baik dalam konteks melaksanakan ibadah haji dan atau umroh, wajib atau sunnah, maupun usaha lainnya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup duniawi," katanya.  

Hal itu pasti didapat selama dilakukan secara tulus untuk kebaikan, dimulai dari kesucian dan berakhir dengan kepuasan, maka semua akan mendapat ganjaran. Karena Allah SWT sangat mensyukuri kebaikan yakni aktivitas yang dilandasai keikhlasan dan ketaatan kepada-Nya lagi Mahamengetahui aktivitas dan niat para pelakunya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement