Ahad 05 Sep 2021 12:03 WIB

Utusan ASEAN untuk Myanmar Masih Negosiasi untuk Berkunjung

ASEAN telah berusaha untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar dan membuka dialog

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.
Foto: EPA
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN - - Diplomat Brunei yang ditunjuk oleh blok regional Asia Tenggara sebagai utusan khusus untuk Myanmar, Erywan Yusof, mengatakan masih bernegosiasi dengan militer mengenai persyaratan kunjungan, Sabtu (4/9). Dia telah mencari akses untuk melakukan kontak dengan Aung San Suu Kyi.

"Ada kebutuhan mendesak untuk pergi ke Myanmar sekarang. Namun saya pikir sebelum semua itu, saya perlu memiliki jaminan," kata Erywan.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Kedua Brunei ini menyatakan dia harus dapat memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan. "Apa yang akan mereka izinkan untuk saya lakukan ketika saya berkunjung," ujarnya.

ASEAN telah berusaha untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar dan membuka dialog antara penguasa militer dan lawan-lawan mereka setelah penggulingan Suu Kyi pada Februari. Kelompok itu menugaskan Erywan bulan lalu untuk memimpin upaya ini.

Erywan ingin berkunjung sebelum akhir Oktober ketika para pemimpin ASEAN akan bertemu, tetapi mengatakan belum ada tanggal yang ditentukan. "Mereka belum mengajukan syarat tetapi mereka belum jelas tentang itu," katanya.

Permintaan untuk mencari akses ke Suu Kyi telah diajukan ke Dewan Administrasi Negara, yang diketuai oleh pemimpin junta Min Aung Hlaing. Namun, menurut Erywan, akses ke pemimpin yang digulingkan bukanlah persyaratan di bawah konsensus lima poin yang dicapai oleh ASEAN pada April.

Konsensus tersebut termasuk diakhirinya kekerasan dan dimulainya pembicaraan damai di antara semua pihak. "Itulah yang saya katakan kepada pihak berwenang saat ini di Myanmar. Saya perlu berbicara dengan semua pihak terkait dan itu masih dalam negosiasi," jelas Erywan.

Erywan mengatakan konsultasinya dengan junta dan pihak lain di lapangan berkembang cukup baik. Dia sedang membentuk tim penasihat untuk mendukung perannya sebagai utusan. Tim tersebut dapat mencakup tetangga Myanmar, termasuk India dan Bangladesh.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement