Senin 06 Sep 2021 00:15 WIB

Demokrat: Kritik Fahri Isyaratkan Kerinduan Demokrasi

Kekuatan oposisi di periode 2014-2019, masih signifikan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Fahri Hamzah
Foto: ANTARA /Hafidz Mubarak A
Fahri Hamzah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, merespons kritik yang dilontarkan politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah, terhadap partai oposisi di parlemen. Menurut Kamhar, kritik yang disampaikan Fahri Hamzah menyiratkan kerinduan terhadap kehidupan demokrasi pada pemerintahan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Pada masa itu 2004-2014, masyarakat politiknya sangat aktif dan dinamis, termasuk di DPR dalam menjalankan tugas-tugas kedewananannya," kata Kamhar kepada Republika, Ahad (5/9).

"Cita rasa oposisi seperti Bang Fahri Hamzah dkk juga banyak, dihargai dan eksistensinya terjaga. Itu diperlukan untuk menjaga sehatnya demokrasi. Begitulah Pak SBY sebagai demokrat sejati memandang dan menempatkan dinamika dalam koalisi pemerintah," imbuhnya.

Kamhar menuturkan, kekuatan oposisi di periode 2014-2019, masih signifikan. Sekalipun dari sisi jumlah kalah, setelah Golkar pindah haluan masuk koalisi pemerintah, namun dari lima kursi pimpinan DPR, koalisi pemerintah hanya dua kursi. Sementar tiga kursi lainnya berasal dari partai non koalisi pemerintah.

"Menjadi berbeda ceritanya dengan periode 2019-2024. Sejak awal, oposisi telah ditinggal oleh Gerindra yang pindah haluan menjadi koalisi pemerintah dan hanya tersisa Partai Demokrat dan PKS. Lima kursi pimpinan DPR semuanya dari koalisi pemerintah," ucapnya.

Kamhar juga menilai, kritikan tersebut disampaikan Fahri Hamzah lantaran sudah tak lagi menjabat sebagai anggota DPR lagi, sehingga tidak menyaksikan lagi bagaimana kekuatan dan suara-suara oposisi dibungkam dan tak diberi ruang. Ia mencontohkan, sejumlah kader Partai Demokrat yang dinilai tidak diberi ruang untuk menyampaikan aspirasinya.

"Irwan Fecho saat menggunakan haknya berbicara pada rapat paripurna DPR mic-nya dimatiin oleh Puan Maharani dan Aziz Syamsudin. Bagaimana Pak Sartono Hutomo dan Pak Benny K Harman ingin berbicara pada rapat paripurna tak diberi kesempatan dan mic-nya mati dan masih banyak lagi yang lainnya dari Fraksi Demokrat yang mendapatkan perlakuan serupa. Meski demikian, Fraksi Demokrat terus berikhtiar dengan segenap daya dan upaya menyuarakan suara rakyat," ujarnya.

Selain itu, dirinya juga menilai, kritik yang disampaikan Fahri Hamzah merupakan ekspresi kerinduan terhadap PKS yang terus konsisten sebagai oposisi dan surveinya terus mengalami tren kenaikan meski telah ditinggalkan Fahri Hamzah dan kawan-kawan. Ia pun mengimbau, agar eks wakil ketua DPR itu fokus membesarkan Partai Gelora.

"Silakan memberi warna. Semoga bisa memenangkan hati, pikiran, dan pilihan rakyat melalui manuver-manuver politiknya agar 2024 nanti bisa lolos parliementary threshold," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement