Senin 06 Sep 2021 19:18 WIB

Selandia Baru Alami Musim Dingin dengan Suhu Terpanas

Ilmuwan mengatakan perubahan iklim mendorong suhu udara lebih panas lagi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Selandia Baru
Foto: Annhira.com
Bendera Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Selandia Baru mengalami musim dingin terpanas yang pernah tercatat. Ilmuwan mengatakan perubahan iklim mendorong suhu udara lebih panas lagi.

Institut Penelitian Air dan Atmosfer Nasional Selandia Baru mencatat selama tiga bulan hingga Agustus rata-rata suhu udara 9,8 derajat Celcius. Lebih tinggi 1,3 derajat Celcius di atas rata-rata jangka panjang dan 0,2 derajat Celcius dibandingkan rekor sebelumnya yang dicetak tahun lalu.

Baca Juga

Para ilmuwan sudah mencatat suhu udara musim dingin Selandia Baru sejak 1909. Namun yang terpanas baru akhir-akhir ini terjadi.

Pada Senin (6/9), meteorolog Nava Fadaeff mengatakan selain karena pemanasan global, suhu udara lebih hangat karena angin dari utara dan suhu air juga lebih panas dari biasanya. Ia mengatakan penyebabnya dapat dilacak melalui konsentrasi karbon dioksida.

Konsentrasi karbon dioksida Selandia Baru meningkat dari 320 ppm (parts per million atau bagian per sejuta) pada 50 tahun yang lalu kini menjadi 412 ppm. Fadaeff mengatakan salju di dataran rendah musim dingin tahun ini jauh di bawah rata-rata karena kerap hanya menjadi hujan, maka tinggi permukaan air pada tahun ini pun lebih rendah sebab tidak ada salju yang mencair. Hal itu, kata Fedaeff, dapat berdampak pada pertanian. Ia menambahkan cuaca ekstrem juga semakin sering seperti banjir dan kekeringan.

Ilmuwan perubahan iklim dari Victoria University of Wellington, Professor James Renwick mengatakan untuk jangka pendek sejumlah peternak Selandia Baru mungkin diuntungkan karena musim tumbuh rumput untuk makanan sapi dan domba lebih panjang.

Namun, ia mengatakan perubahan itu juga menekan ekosistem alam dan pada akhirnya dapat mendorong spesies tertentu pada kepunahan. Ia mengatakan sangat penting manusia memperlambat emisi gas rumah kaca.

"Bila kita tidak segera mengatasi pemanasan, maka sebagian besar dunia akan mengalami kesedihan," katanya.

Renwick mengatakan Selandia Baru banyak berbicara tentang perubahan iklim. Tapi sejauh ini sangat sedikit upaya untuk menekan emisi. Tapi mengatakan ada sejumlah kebijakan pemerintah yang cukup bagus seperti janji mereka untuk netral karbon pada 2050.

Ia mengatakan banyak sumber daya alam seperti angin, matahari dan air yang dapat digunakan sebagai energi terbarukan demi memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. "Selandia Baru dapat menjadi garda depan energi dan ekonomi hijau," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement