Oleh : Dwi Murdaningsih, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi membuat perubahan pada banyak hal. Dari sekolah hingga beraktivitas semua berubah. Pun dari sisi hiburan. Kalau biasanya sesekali kita bisa nonton ke bioskop, selama awal-awal pandemi tidak bisa.
Alhasil, semua konten hiburan hadir dalam satu genggaman ponsel. Film-film bioskop pindah haluan tayang di layanan streaming. Konser-konser digelar virtual.
Salah satu hiburan andalan saya selama pandemi adalah dengan menonton video atau mendengarkan podcast. Dulu, jauh sebelum pandemi saya selalu skip-skip iklan kalau sedang asyik menonton video di Youtube tiba-tiba ada iklan yang datang 'mengganggu'. Kini, tidak lagi. Saya mencoba 'menikmati' iklan itu sebagai sebuah dukungan kepada pembuat konten.
Seperti kita ketahui, sektor industri hiburan, seperti musik atau film adalah salah satu industri yang sangat terdampak pandemi. Bayangkan, selama pandemi, memang ada musisi yang menggelar konser? Sepertinya tidak. Jadwal-jadwal konser dibatalkan agar tidak menimbulkan kerumunan. Kalaupun ada konser pasti tanpa penonton, dan tetap digelar virtual.
Para sineas pun terkendala ketika ingin melakukan syuting. Kalau-pun tetap dilakukan, semua disesuaikan agar kru yang terlibat lebih sedikit. Intinya, semua serba minimalis.
Tahun lalu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat puluhan ribu seniman terdampak pandemi covid-19. Para seniman seperti penari tidak bisa bekerja karena pertunjukan yang dibatalkan. Mereka harus banting setir agar tetap bisa survive di masa-masa sulit itu.
Ini baru seniman sebagai pemain, belum lagi orang yang bekerja di belakang layarnya. Orang-orang yang membuat dekorasi panggung, atau yang merias para penampil juga terkena imbas. Sama seperti kita, para pekerja seni pun tetap butuh bekerja.
Beberapa artis atau penyanyi yang tidak bisa menggelar pertunjukan langsung banyak yang mencoba jalan lain dengan menjadi host talk show atau podcast. Tak sedikit dari mereka, para penyanyi mengakui bahwa job manggung yang harus di-cut selama pandemi (yang telah berlangsung lebih dari setahun) membuat penghasilan mereka berkurang.
Di sisi lain, para seniman entah itu penyanyi, pemain band atau konten kreator juga perlu terus beraktivitas agar hari-hari mereka tetap produktif, tidak kosong, dan tetap berfaedah.
Kalau kita suka dengan karya-karya mereka ya didukung dong. Caranya, kalau ada iklan, jangan di-skip. Kita nggak bayar kok, hanya pakai kuota saja dan meluangkan waktu sedikit untuk menonton iklan.
Bagi saya, nonton Youtube tanpa skip iklan adalah sebuah dukungan buat konten kreator. Iklan adalah sebuah bentuk apresiasi. "Makasih lho, masih tetap bisa menghibur kita di saat sulit begini," begitu kira-kira.
Jangan sampai kita kehilangan hiburan-hiburan bagus gara-gara para seniman ini kurang dukungan sehingga para kreator menjadi tak semangat berkarya. Di sisi lain, para pembuat konten juga tetap butuh untuk berkarya dan beraktivitas agar tetap produktif sehingga tidak terjerumus ke hal-hal negatif seperti narkoba.
"Lho, musisi atau seniman itu kan sudah kaya, mereka juga bikin karya ada sponsornya?" ya memang pendapatan konten kreator bukan hanya dari iklan, tapi juga dari sponsor atau endorsement. Namun, tidak ada salahnya juga kita dukung. Lha wong kita juga menikmatinya kan?
Dengan begitu, mereka lebih semangat berkarya dan kita pun bisa mendapatkan hiburan. Jangan lupa, hiburan juga penting buat kesehatan mental kita selama pandemi.
Kalau tak mau lihat iklan, tentu ada wadahnya sendiri dengan berlangganan. Namun, bagi yang masih menikmati gratisan, yuk coba jangan skip iklannya. Nikmati saja iklannya, kita dukung para konten kreator agar terus berkarya dengan cara yang kita bisa.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
