Kamis 09 Sep 2021 17:01 WIB

Mahasiswa UGM Buat Pengolah Limbah Masker Ramah Lingkungan

Limbah masker akan diurai mikroba dalam waktu sekitar 10-14 hari.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa UGM Buat Pengolah Limbah Masker Ramah Lingkungan (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Mahasiswa UGM Buat Pengolah Limbah Masker Ramah Lingkungan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Mahasiswa UGM mengembangkan tempat sampah ramah lingkungan yang dapat mengolah limbah masker medis menjadi bahan organik. Tempat sampah ini dibuat dengan menambahkan agen biodegradasi berupa mikroba Pseudomonas aeruginosa.

"Proses pengolahan sampah masker medis menggunakan cara paling ramah lingkungan karena tidak meninggalkan bahan yang sulit terurai lingkungan," kata ketua tim pengembang, Muhammad Ardillah Rusydan, Kamis (6/9).

Ardillah yang merupakan mahasiswa Fakultas Biologi ini mengembangkannya bersama Gizela Aulia Agustin (Biologi), Isthafaina Dea Fairuz (Gizi Kesehatan) dan Asyifa Rizki Daffa (Teknik Nuklir). Dilakukan di bawah bimbingan Dr Endah Retnaningrum.

Tempat sampah berukuran 29x14x100 centimeter, berkapasitas 28,5 liter, dilengkapi shredder di bagian atas untuk mencacah masker medis jadi cacahan kecil. Di bawah shredder ada sensor ultrasonik yang disambung dengan mikrokontroler dan sprayer.

Ardillah menerangkan, limbah masker akan diurai mikroba dalam waktu sekitar 10-14 hari. Meski proses degradasi memakan waktu yang lama, tapi dengan pengembangan alat melalui penambahan sejumlah proses dapat mempercepat proses degradasi.

"Proses pemanasan dan penambahan nutrien serta penambahan jenis mikroba akan dapat mempercepat proses degradasi dari sampah masker medis," ujar Ardillah.

Dengan begitu, saat cacahan masker jatuh melewati sensor otomatis sprayer yang terisi larutan bakteri menyemprotkan larutan ke cacahan masker medis. Di dasar didesain agar cacahan masker yang terdegradasi mikroba masuk tabung penampungan.

Asyifa menjelaskan, ide awal pembuatan tempat sampah berawal dari keprihatinan mereka akan banyaknya limbah masker medis. Sejak pandemi, penelitian menunjukkan penggunaan masker medis meningkat signifikan 2.228.170.832 buah per 31 Juli 2020.

Indonesia menyumbang 159.214.791 sampah masker. Peningkatan penggunaan ini dapat menyebabkan dampak salah satunya terbentuk mikroplastik yang mencemari lingkungan. Itu diperparah belum ada kesadaran masyarakat membuang masker sesuai pedoman.

Penanganan selama ini belum efektif karena menghasilkan polusi dan sulit dijangkau masyarakat. Bahkan, Life Cycle Assessment (LCa) menyebut insinerasi menyebabkan kerusakan lingkungan dan buangannya berbahaya bagi pernapasan mahluk hidup.

"Akses terbatas membuat alat ini hanya dapat mengolah sepersekian dari banyaknya masker medis yang terbuang di lingkungan atau masker medis yang telah digunakan," kata Asyifa.

Perlu inovasi alat pengolahan sampah medis yang dapat dijangkau luas masyarakat dengan pengelolaan yang menghasilkan sedikit polusi. Karenanya, tim memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan anorganik dan mengubah jadi organik.

"Harapannya, alat yang kami kembangkan bisa menjadi solusi alternatif mengurai persoalan limbah masker medis di masyarakat dan ramah lingkungan," ujar Asyifa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement