Sabtu 11 Sep 2021 01:38 WIB

Harapan Muslim Amerika Jelang Peringatan Tragedi 9/11

Muslim Amerika paling terkena dampak stereotip usai tragedi 9/11

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah umat Muslim usai melaksanakan shalat tarawih di Pusat Komunitas Muslim Chicago, Senin (12/4). Umat Muslim di AS tergolong multietnis dan nasionalitas. Tercatat jumlah umat Muslim Chicago mencapai angka 350 ribu jiwa atau lima persen dari populasi. Terdapat pula penganut Islam yang merupakan warga kulit putih AS dan Hispanik (keturunan latin). Namun, sejak lama Chicago terkenal sebagai wilayah konsentrasi kaum Muslim Afro-Amerika. Meski berbeda bahasa, adat maupun budaya, akan tetapi dalam beberapa kesempatan, terutama pada ibadah shalat serta aktivitas Ramadhan, satu sama lain akan menanggalkan perbedaan untuk bersatu di bawah panji kitab suci Alquran dan sunnah Nabi. Umat Muslim Chicago benar-benar menikmati perbedaan yang ada dan mempererat tali ukhuwah di saat bersamaan. (AP Photo/Shafkat Anowar)
Foto: AP/Shafkat Anowar
Sejumlah umat Muslim usai melaksanakan shalat tarawih di Pusat Komunitas Muslim Chicago, Senin (12/4). Umat Muslim di AS tergolong multietnis dan nasionalitas. Tercatat jumlah umat Muslim Chicago mencapai angka 350 ribu jiwa atau lima persen dari populasi. Terdapat pula penganut Islam yang merupakan warga kulit putih AS dan Hispanik (keturunan latin). Namun, sejak lama Chicago terkenal sebagai wilayah konsentrasi kaum Muslim Afro-Amerika. Meski berbeda bahasa, adat maupun budaya, akan tetapi dalam beberapa kesempatan, terutama pada ibadah shalat serta aktivitas Ramadhan, satu sama lain akan menanggalkan perbedaan untuk bersatu di bawah panji kitab suci Alquran dan sunnah Nabi. Umat Muslim Chicago benar-benar menikmati perbedaan yang ada dan mempererat tali ukhuwah di saat bersamaan. (AP Photo/Shafkat Anowar)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Mansoor Shams menjabat sebagai Marinir AS ketika serangan 9/11 mengguncang dunia. Ia pun menyampaikan pengalaman diskriminasinya setelah AS menyatakan perang melawan teror.

Banyak orang entah bagaimana mungkin ingat di mana mereka berada, apa yang mereka lakukan, dan bagaimana perasaan mereka ketika 19 teroris yang berafiliasi dengan Al Qaeda menabrak Menara Kembar dengan pesawat mereka yang dibajak pada 11 September 2001.

Baca Juga

Seperti kebanyakan orang AS, peristiwa itu tetap terukir dalam ingatan Syams. Tetapi pada tahun-tahun berikutnya, dia harus membayar harga yang lebih mahal yakni keyakinan Muslimnya membuatnya mengalami diskriminasi dan rasisme.

"Seperti kebanyakan orang Amerika, saya marah. Saya kesal. Amerika adalah rumah saya. Ketika negara Anda diserang, itu menyakitkan. Dan saya kebetulan seorang Marinir. Saya kebetulan lahir di negara yang berbatasan dengan Afghanistan," ucap Syams dilansir dari TRT World, Jumat (10/9).

 

Lahir di Pakistan, Syams datang ke AS pada usia 6 tahun. Dia dibesarkan di Maryland dan menghabiskan masa remajanya dengan mendukung patriotisme Amerika. Keterikatannya terhadap gagasan Amerika membawanya untuk membuat keputusan yang sulit pada usia 18 tahun, satu tahun sebelum tragedi 9/11. Dia memilih untuk melayani sebagai Marinir AS.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement