Sabtu 11 Sep 2021 07:26 WIB

Anies Terbitkan Edaran Cegah Pelecehan Seksual di Pemprov

Surat edaran juga mengatur mekanisme penanganan tindakan pelecehan seksual.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Aksi menentang pelecehan seksual (ilustrasi).
Foto: Antara/Reno Esnir
Aksi menentang pelecehan seksual (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menerbitkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Pelecehan Seksual yang terjadi di lingkungan kerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI.

Anies meminta kepala perangkat daerah/unit kerja pada organisasi perangkat daerah (OPD) untuk melakukan upaya pencegahan pelecehan seksual di lingkungan kerja dengan tiga ketentuan. Pertama, membangun komitmen dalam upaya pencegahan tindakan pelecehan seksual.

Kedua, agar mewajibkan seluruh pegawai untuk membangun dan memelihara suasana kerja yang aman dari tindakan pelecehan seksual. Dan ketiga, melakukan internalisasi dan sosialisasi tentang tindakan pelecehan seksual dan upaya pencegahan terjadinya pelecehan seksual di lingkungan kerja.

Dalam surat edaran yang ditandatangani Anies pada 30 Agustus 2021, juga mengatur mekanisme penanganan tindakan pelecehan seksual. Adapun mekanismenya yakni pelapor (baik korban atau saksi) dapat mengadukan pelecehan seksual secara tertulis melalui kanal aduan pada laman https://bkddki.jakarta.go.id/pengaduan.

Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk bersama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) akan memberikan asesmen awal aduan/laporan, perlindungan, dan pendampingan pelapor. Badan Kepegawaian Daerah memeriksa terlapor sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu, setiap pelapor mendapatkan hak yakni penerimaan informasi atas seluruh proses penanganan, perlindungan atas rasa aman, kerahasiaan identitas, laporan balik, pemberitaan yang berlebihan dan segala bentuk ancaman dan tindakan pembalasan dari pihak lain.

Kemudian, pelapor juga memiliki hak untuk pelayanan psikologis, konseling dan pendampingan proses hukum yang diberikan UPT P2TP2A dan pelayanan rumah aman oleh Dinas Sosial. Selain itu, pelayanan kesehatan bagi korban dan layanan lainnya sesuai dengan kebutuhan khusus korban berdasarkan rekomendasi pihak yang berwenang.

Sedangkan, untuk terlapor mendapatkan hak terkait penerimaan informasi atas seluruh proses penanganan, kerahasiaan identitas, proses penanganan yang adil dan kesempatan menyampaikan jawaban dan menyerahkan bukti pendukung.Selain itu, setiap pelaporan palsu yang disengaja dan bertujuan jahat, juga dapat berdampak pada adanya penerapan tindakan disiplin.

Adapun bentuk tindakan pelecehan seksual yang dapat terjadi di lingkungan kerja, antara lain pelecehan fisik, pelecehan lisan, pelecehan isyarat, tertulis atau gambar, psikologis atau emosional. Bentuk pemaksaan seksual lainnya yang mengakibatkan rasa tidak aman dan tidak nyaman, tersinggung, takut, terintimidasi, merasa direndahkan martabatnya dan menyebabkan masalah keselamatan, baik fisik maupun mental.

Masyarakat umum juga dapat melaporkan tindakan kekerasan ke Jakarta Siaga 112 atau melalui hotline pengaduan di 0813 1761 7622 atau lapor melalui aplikasi Jakarta Aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement