Ahad 12 Sep 2021 19:34 WIB

Rusia Desak Upaya Bersama Atasi Soal Pengungsi Afghanistan

500.000 warga Afghanistan diperkirakan akan meninggalkan negaranya

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Pengungsi Afghanistan duduk saat mereka sedang diproses di dalam Hangar 5 di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, Rabu, 8 September 2021.
Foto: AP/Olivier Douliery/Pool AFP
Pengungsi Afghanistan duduk saat mereka sedang diproses di dalam Hangar 5 di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, Rabu, 8 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Pemerintah Rusia mendesak adanya upaya bersama negara-negara di dunia untuk mengatasi masalah pengungsi Afghanistan. 

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berbicara dalam konferensi pers setelah bertemu Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed Al Thani, dengan mengatakan keprihatinan atas meningkatnya pengungsi dari Afghanistan terus terjadi. Banyak orang dari negara itu yang mencoba melarikan diri setelah Taliban kembali berkuasa dan segera membentuk pemerintahan. 

Baca Juga

“Kami menekankan perlunya menyelesaikan masalah ini segera dan penting untuk melibatkan semua negara,” ujar Lavrov, dilansir Ani News, Ahad (12/9). 

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) bulan lalu memperkirakan bahwa 500 ribu warga Afghanistan akan meninggalkan negara Asia Selatan itu dalam empat bulan ke depan. Meski demikian, menurut UNHCR, sampai saat ini belum ada migrasi massal.

Tetapi, dengan situasi yang terus berkembang tentu akan menyebabkan sejumlah besar orang meninggalkan negara itu. UNHCR meminta negara-negara tetangga untuk menjaga perbatasan mereka terbuka bagi para pengungsi Afghanistan.

Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) telah meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi organisasi itu 12 juta dolar AS untuk menyediakan makanan bagi warga Afghanistan yang membutuhkan. Selain masalah Taliban yang dikhawatirkan akan kembali memberlakukan aturan ekstrem kembali, yang secara khusus dinilai melanggar hak asasi manusia dan perempuan, jumlah pengangguran dan masalah keamanan telah memaksa mereka untuk meninggalkan negara itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement