Senin 13 Sep 2021 14:17 WIB

Rumah Mewah Panglima Perang Afghanistan Disita Taliban

Taliban memakai rumah Abdul Rashid Dostum untuk tempat istirahat dan bersantai.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/10/2021).
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/10/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban telah mengambil alih rumah mewah milik panglima perang dan buronan mantan Wakil Presiden Afghanistan Abdul Rashid Dostum di Kabul. Vila mewah itu dituding merupakan hasil dari korupsi endemik selama bertahun-tahun.

Sepanjang koridor tak berujung dengan karpet hijau apel yang tebal, seorang anggota Taliban muda tertidur di sofa, senapan Kalashnikovnya bersandar padanya. Dia adalah bagian dari detail keamanan pribadi Qari Salahuddin Ayoubi yang merupakan salah satu komandan paling kuat dari rezim baru Afghanistan. Ayoubi menempatkan kompi 150 orangnya di mansion pada 15 Agustus.

Baca Juga

Lampu gantung kaca besar tergantung di aula yang luas, sofa empuk yang besar melengkapi labirin lounge dan kolam renang dalam ruangan dilengkapi dengan ubin pirus yang rumit. Bahkan tempat ini menawarkan sauna, pemandian uap Turki, dan gym lengkap.

Di salah satu sayap rumah besar itu, para pejuang Taliban bersantai di rumah kaca tropis besar seluas beberapa ratus meter persegi di bawah atap kaca besar. Meski tempat mewah ini telah jatuh ke tangan Taliban, kepala rumah tangga yang baru menjelaskan bahwa anak buahnya tidak akan terbiasa dengan kemewahan.

"Islam tidak pernah menginginkan kita memiliki kehidupan mewah," kata Ayoubi menyinggung jika kemewahan datang di surga, kehidupan setelah kematian.

Baca juga : Kisah Pembelotan Tentara AS, Melatih Taliban dan Jadi Mualaf

Pemilik mansion, Dostum, adalah sosok terkenal dalam sejarah Afghanistan. Dia seorang mantan penerjun payung, komandan komunis, panglima perang dan wakil presiden. Dostum secara luas diduga mendapat untung besar dari korupsi dan penggelapan yang mendiskreditkan pemerintahan sebelumnya.

Beberapa pejabat secara ilegal mengambil tanah untuk membangun rumah mewah di satu lingkungan.  Bangunan megah milik Dostum akan bertahan, hanya saja, menurut  Ayoubi, rezim baru tidak akan membiarkan kemewahan seperti itu dibangun dengan keuntungan yang tidak diinginkan di masa depan. "Kami berpihak pada orang miskin,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement