Selasa 14 Sep 2021 07:21 WIB

Epidemiolog: Vaksin Covid-19 Terkendala Kelompok Minoritas

Herd immunity dapat tercapai jika 70 persen penduduk divaksin lengkap.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 pada warga di Sentra Vaksinasi Covid-19 Masjid Salman ITB Kota Bandung, Senin (13/9). Sentra vaksinasi Masjid Salman ITB menargetkan 3.000 sasaran dengan 200 dosis vaksin Covid-19 per hari, sebagai salah satu upaya mempercepat herd immunity di Kota Bandung.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 pada warga di Sentra Vaksinasi Covid-19 Masjid Salman ITB Kota Bandung, Senin (13/9). Sentra vaksinasi Masjid Salman ITB menargetkan 3.000 sasaran dengan 200 dosis vaksin Covid-19 per hari, sebagai salah satu upaya mempercepat herd immunity di Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 206,8 juta dan ada dorongan bisa melakukan imunisasi seluruh penduduk. Kendati demikian, Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai pelaksanaan vaksinasi Covid-19 terkendala kelompok minoritas, termasuk antivaksin.

"Tentu harapan kita, semua masyarakat Indonesia bisa divaksin, tetapi itu tak mungkin bisa. Kendala program vaksinasi dialami banyak negara, tidak hanya Indonesia," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (13/9).

Ia menyebutkan, banyak faktor penghambat yang terjadi saat vaksinasi, termasuk agama, kepercayaan, sosial, kesehatan. Ia mencontohkan, imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada balita dan anak juga mengalami kendala yang sama. Faktanya banyak orang tua yang tidak mau anaknya mendapatkan vaksin karena kelompok antivaksin ada di mana-mana.  

"Sama seperti program ini (vaksin Covid-19) yang mengalami penolakan masyarakat atau antivaksin," katanya.

Selain itu, ia menyebutkan ada kelompok masyarakat yang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 misalnya autoimun, kemudian harus konsumsi obat kortikosteroid yang menekan imun, jadi kalau mendapatkan vaksin tidak akan berdampak. Sehingga, dia melanjutkan, kelompok minoritas yang tidak bisa mendapatkan vaksin inilah termasuk antivaksin dan alasan kesehatan bisa diselamatkan oleh kelompok yang telah divaksin sebanyak 70 persen populasi. 

"Harapannya kan merata di seluruh wilayah Indonesia, mereka sebagai benteng dan kelompok minoritas ini terlindungi. Itulah konsep kekebalan komunitas (herd immunity), jadi memang tidak 100 persen orang harus divaksin," katanya.

Baca juga : DKI Siap Uji Coba Operasional Setu Babakan Saat PPKM Level 3

 

Ia menambahkan, herd immunity Covid-19 di Indonesia bisa dicapai jika 70 persen penduduk telah divaksin dosis lengkap.

Sebelumnya, Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Gusti Ngurah Kade Mahardika mengusulkan pemerintah harus merevisi kembali target vaksinasi yang tadinya 70 persen, kalau bisa sekarang diatas 90 persen atau bahkan bisa 100 persen. 

"Sebab, nampaknya vaksin tidak terlalu menekan transmisi komunitas," ujarnya saat dihubungi.

Menurutnya, ini penting dilakukan karena tren perkembangan terakhir kasus Covid-19 di Eropa seperti Inggris dan Jerman ternyata kembali naik. Padahal, dia melanjutkan, target vaksinasi di negara-megara tersebut sudah mencapai 60 atau 70 persen, tetapi kasus Covid-19 kembali melonjak meski kematiannya tidak menjadi tinggi. 

Artinya, dia menjelaskan, vaksinasi hanya mampu menekan risiko kematian tetapi tidak mampu mencegah transmisi komunitas. Padahal, awalnya vaksin diharapkan bisa melindungi transmisi di lingkungan komunitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement