Selasa 14 Sep 2021 08:46 WIB

Subsektor Kuliner Beri Kontribusi Besar Saat Pandemi

Subsektor kuliner memiliki peluang yang sangat besar untuk memajukan pariwisata.

Berbagai produk unggulan Kota Bandung hadir di ruang layanan pemasaran produk UMKM Salapak di Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Rabu (8/9). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan subsektor ekonomi kreatif kuliner menyumbang kontribusi pendapatan negara yang cukup tinggi.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Berbagai produk unggulan Kota Bandung hadir di ruang layanan pemasaran produk UMKM Salapak di Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Rabu (8/9). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan subsektor ekonomi kreatif kuliner menyumbang kontribusi pendapatan negara yang cukup tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan subsektor ekonomi kreatif kuliner menyumbang kontribusi pendapatan negara yang cukup tinggi. Kontribusinya mencapai 42 persen.

"Beberapa data kami menunjukan bahwa sektor pariwisata turun 80 persen dari segi devisa, dan lapangan kerja terkikis hampir 7 persen. Namun, kalau dilihat dari kontribusi ekonomi kreatif, Indonesia menempati 3 besar dunia dengan Rp 1.100 triliun, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan," kata Menparekraf ditulis pada Selasa (14/9).

"Adapun utamanya adalah kuliner 42 persen, fesyen 18 persen, dan kriya sebesar 15 persen," ujarnya menambahkan.

Lebih lanjut, Sandiaga mengatakan subsektor kuliner memiliki peluang yang sangat besar untuk memajukan industri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Pemerintah melalui program "Indonesia Spices Up the World" pun digalakkan untuk mengglobalkan kuliner Indonesia yang kaya akan rempah dan cita rasa khas Nusantara.

"Sekarang kita harus mulai melakukan pendekatan Indonesia incorporated, China punya 'One Belt One Road', Indonesia punya Indonesia 'Spices Up the World'. Jadi, Indonesia memiliki kekayaan rempah-rempah, pangan, dan banyak sekali yang bisa kita lakukan secara holistik dengan meningkatkan kualitas maupun digitalisasi," kata Sandiaga.

Program ini pun ditargetkan untuk menjangkau diaspora Indonesia di luar negeri dengan sebanyak kurang lebih 4.000 restoran masakan Indonesia sebagai ujung tombak promosi kuliner Tanah Air. "Dari lidah turun ke hati, dari hati ke kepala, lalu ke dompet (untuk berbelanja dan berwisata). Kalau dari kulinernya sudah mendapatkan tempat di masyarakat dunia, mereka akan lirik pariwisata dan mereka melihat potensi berdagang dan investasi. Dari situlah akhirnya ekonomi bisa digerakkan dengan buka lapangan kerja seluas-luasnya," jelas dia.

"Kuliner juga lah yang memiliki dominasi dari 20 juta lapangan kerja di sektor ekonomi kreatif ini sendiri. Jadi, kita harus shifting di pandemi ini untuk bukan hanya bertahan namun juga melihat peluang. Dan saya yakin dengan gerakan shift transformative kita bisa lakukan transformasi untuk Indonesia Emas," imbuhnya.

Sandiaga juga mengapresiasi para pelaku subsektor ekonomi kreatif lainnya di masa pandemi ini. Menurut Sandiaga, di dalam situasi ini, ternyata ada peluang yang justru timbul secara kreativitas dan imajinasi dari para pelaku ekraf yang ia nilai semakin tidak terbatas.

"Mereka (mobilitas) fisiknya mungkin terbatas, tapi inovasi dan kreasinya terus bergerak. Di tahun di mana fase bonus demografi kita ini akan memainkan peran luar biasa, kita meyakini jika trajectory kita bisa terfasilitasi, ini adalah kemampuan kita beradaptasi pasca-pandemi di mana Indonesia bisa menjadi ekonomi keempat di tahun 2045," paparnya.

Dalam mengembangkan pariwsata dan ekonomi kreatif, Menteri Sandiaga mengatakan Indonesia akan terus berupaya mengembangkan SDM, dengan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Inovasi, termasuk di dalamnya adalah big data. Menparekraf mengharapkan data-data ini akan memandu pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat dan relevan dengan situasi.

"Misalnya, pariwisata akan bergerak ke pariwasata yang personalized, customized, localized dan smaller in size. Gerakan-gerakan yang sekarang masyarakat lihat tentang CHSE, digitalisasi dan juga bagaimana health tourism menjadi pilihan utama bagi wisatawan Nusantara yang menjadi fokus kita ke depan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement