Rabu 15 Sep 2021 18:55 WIB

Taliban akan Bentuk Angkatan Bersenjata

Afghanistan sebelumnya memiliki 300.000 anggota pasukan angkatan bersenjata

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
 Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/10/2021). Taliban menuntut penghapusan para pemimpinnya dari daftar hitam PBB dan AS, dan mengkritik komentar tidak baik yang dibuat terhadap anggota pemerintah baru di Afghanistan.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/10/2021). Taliban menuntut penghapusan para pemimpinnya dari daftar hitam PBB dan AS, dan mengkritik komentar tidak baik yang dibuat terhadap anggota pemerintah baru di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Taliban tengah mengkaji pembentukan angkatan bersenjata di Afghanistan dalam waktu dekat. 

Menurut pejabat Amerika Serikat (AS), Angkatan Darat Afghanistan memiliki lebih dari 300.000 anggota layanan sebelum digulingkan Taliban. Jumlah itu belum termasuk Angkatan Udara dan peralatan lain yang dipasok AS.

Baca Juga

Menurut berita TOLO mengutip pejabat tersebut, Kepala Staf Taliban, Qari Fasihuddin, menyatakan pada 15 September, bahwa Taliban sedang mempertimbangkan pembentukan angkatan bersenjata reguler di Afghanistan dalam waktu dekat. Fasihuddin mengatakan konsultasi mengenai masalah tersebut sedang berlangsung selama konferensi pers di Kabul.

Washington memberi pasukan keamanan Kabul persenjataan senilai 28 miliar dolar AS antara tahun 2002 hingga 2017, dengan hampir semua peralatan ini sekarang dikhawatirkan jatuh ke tangan Taliban. Pada Juli, Presiden AS Joe Biden mengklaim bahwa ratusan ribu tentara berseragam, hampir 300.000 orang, siap untuk mempertahankan Afghanistan. Namun, mereka tidak berhasil menghentikan Taliban.

Pekan lalu, Taliban mengumumkan Panjshir, provinsi Afghanistan terakhir yang tidak berada di bawah kendali kelompok itu, telah diambil alih. Keesokan harinya, Taliban mengumumkan komposisi pemerintah sementara baru Afghanistan yang dipimpin oleh Mohammad Hasan Akhund, yang telah masuk dalam daftar sanksi PBB sejak 2001.

Pada awal Agustus, Taliban meningkatkan serangan terhadap pasukan pemerintah Afghanistan dan memasuki ibu kota, Kabul, pada 15 Agustus, menyelesaikan pengambilalihan negara itu. Peristiwa tersebut mendorong evakuasi massal warga negara-negara Barat dan Afghanistan yang telah membantu atau bekerja untuk pasukan dan organisasi asing. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement