Rabu 15 Sep 2021 22:56 WIB

Soal Santri Tutup Telinga, Persis: Aneh Isunya Dipolitisasi

Persis dalam kasus ini yang aneh justru yang politisasi isu ini

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Persis dalam kasus ini yang aneh justru yang politisasi isu ini. Ilustrasi menghafal Alquran
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Persis dalam kasus ini yang aneh justru yang politisasi isu ini. Ilustrasi menghafal Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Ustadz Jeje Zainuddin, turut menanggapi video yang merekam sejumlah santri menutup telinga saat mendengar musik di tempat vaksinasi. Menurutnya apa yang dilakukan sejumlah santri tersebut adalah hal yang wajar. 

"Menurut saya, sikap yang diambil para santri tersebut hal yang biasa dan wajar. Terutama bagi para santri yang sedang konsentrasi menargetkan hafalan Alquran," kata Ustadz Jeje, Rabu (15/9). 

Baca Juga

Sama wajarnya dengan orang-orang yang sudah memiliki tingkat kebersihan hati yang tinggi. Yang tentu saja lanjut Ustadz Jeje, tidak akan terpengaruh dengan suara musik di sekitarnya. 

"Sebagaimana wajar juga bagi orang yang sudah memiliki tingkat kebersihan qolbu yang mapan tidak terpengaruh dengan suara musik dan nyanyian yang berisik di sekelilingnya dari konsentrasi zikir atau menghafal Alquran," sambung Ustadz Jeje. 

Yang aneh dan tidak wajar, lanjut dia adalah ketika mengeksploitasi kasus tersebut untuk kepentingan politik kebencian. Yaitu untuk mendeskreditkan para santri yang sedang belajar wara (menerapkan kehati-hatian yang ketat dari perkara yang menimbulkan keburukan)  sebagai korban pendidikan kelompok ekstremis radikal. Kemudian membangun narasi dan opini bahwa itu adalah ciri-ciri kaum ekstremis. 

Jeje berpendapat bahwa apa yang dilakukan para santri tersebut tidak merugikan pihak manapun. Para santri, kata dia, hanya ingin berkonsentrasi dan menjaga hafalannya dengan menjauhi musik tersebut. Jeje bahkan menyinggung perilaku buruk anak-anak muda yang kecanduan musik tetapi tidak diusik dan justru dibiarkan. 

"Lalu apa salahnya dan siapa yang merasa terancam atau dirugikan jika sekelompok anak-anak muda lebih memilih berkonsentrasi kepada menghafal Alquran dan menjauhi musik-musik yang menjijikan? Sebaliknya banyak anak-anak muda yang rusak perilakunya karena kecanduan musik dan nyayian yang tidak mendidik malah dibiarkan," singgung Jeje. 

"Lain halnya apabila sikap menjauhi musik dan nyanyian itu diiringi dengan sikap kebencian dan permusuhan kepada pihak lain, dan menganggap mereka yang berbeda paham sebagai perbuatan kafir dan murtad," tambahnya.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement