Kamis 16 Sep 2021 08:33 WIB

Jumlah Warga yang Isolasi Mandiri di Sleman Turun

Program vaksinasi untuk dosis pertama telah mencapai 67 persen.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolandha
Layangan naga dipasang di jalan masuk kampung RT 5 Pedukuhan Gowok, Sleman, Yogyakarta, Selasa (17/8). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama mengatakan, saat ini kasus konfirmasi positif di Sleman sudah mencapai 53.565 kasus dengan jumlah kesembuhan 45.999 atau 86 persen.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Layangan naga dipasang di jalan masuk kampung RT 5 Pedukuhan Gowok, Sleman, Yogyakarta, Selasa (17/8). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama mengatakan, saat ini kasus konfirmasi positif di Sleman sudah mencapai 53.565 kasus dengan jumlah kesembuhan 45.999 atau 86 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama mengatakan, saat ini kasus konfirmasi positif di Sleman sudah mencapai 53.565 kasus dengan jumlah kesembuhan 45.999 atau 86 persen. Terdapat penurunan dari angka isolasi mandiri.

Cahya menuturkan, dari sebelumnya pada Agustus mencapai 5.000 lebih saat ini berjumlah 4.526 kasus. Ia menekankan, mereka yang melakukan isolasi mandiri akan selalu dimonitor agar jangan sampai ada keterlambatan tindakan bila diperlukan.

"Seharusnya memang dibawa ke isolasi terpusat agar terpantau tenaga kesehatan," kata Cahya, Kamis (16/9).

Selain itu, ia mengungkapkan, ketersediaan BOR di Sleman mencapai 75 persen tidak terpakai dan 25 persen terpakai. Cahya menerangkan, program vaksinasi untuk dosis pertama telah mencapai 67 persen dan mendekati target akhir September 70 persen.

Sedangkan, untuk dosis kedua telah mencapai 32 persen dan untuk vaksin ketiga tenaga kesehatan mencapai 80,1 persen. Cahya menyebut, saat ini Sleman sedang mengalami penurunan level dalam penerapan PPKM dengan berlakunya level tiga.

Cahya menilai, pergerakan masyarakat dalam PPKM level tiga ini cukup masif dan dapat berpengaruh kepada sektor perekonomian. Tapi, ia menekankan, perlu kehati-hatian terhadap pergerakan kasus karena berbanding lurus pergerakan manusia.

"Maka itu, diharapkan masyarakat tetap waspada dan hati-hati, terus menerapkan protokol kesehatannya, jangan sampai terjadi second wave, khususnya di Sleman," ujar Cahya.

Terpisah, Bupati Sleman, Kustini Purnomo, turut meminta pelaksanaan vaksinasi bisa dilakukan pintu ke pintu untuk meningkatkan capaian vaksinasi untuk lansia. Ia meminta puskesmas dan kalurahan jemput bola warga lansia yang belum divaksin.

Ia mengatakan, sasaran vaksin lansia yang ada di Sleman sebanyak 159.395 orang. Dari jumlah itu yang sudah tervaksin dosis pertama 68.776 orang, sedangkan untuk pencapaian vaksin lansia dosis kedua baru 49.824 orang atau sekitar 39,8 persen.

"Untuk lansia baru di 55,1 persen untuk dosis pertama. Saya harap ini bisa ditindaklanjuti dengan vaksinasi door to door," kata Kustini.

Kustini menilai, pelaksanaan vaksinasi pintu ke pintu merupakan bentuk pelayanan kepada masyarakat, terutama lansia. Apalagi, banyak lansia yang belum memahami teknologi informasi, sehingga dapat berpotensi menghambat percepatan vaksinasi.

Ia mengingatkan, kelompok masyarakat yang berusia lanjut merupakan yang paling rawan jika terjangkit virus corona. Untuk itu, Kustini merasa, kita harus lebih aktif turun ke bawah dalam rangka mendata lansia yang belum terjangkau vaksin.

Untuk itu, ia meminta puskesmas dan pemerintah kalurahan untuk berperan aktif mendata kelompok lansia yang belum divaksinasi. Sehingga, pelaksanaan vaksinasi terhadap usia di atas 60 tahun bisa dilanjutkan dengan sistem pintu ke pintu.

"Kita minta semua puskesmas dan kalurahan aktif. Data semua lansia yang belum divaksin dan lakukan vaksinasi door to door. Itu langkah paling efektif untuk percepatan vaksinasi di Sleman," ujar Kustini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement