Kamis 16 Sep 2021 10:50 WIB

Jabar Gagas Vaksinasi Berbasis Bidan Desa

Vaksinasi berbasis bidan desa akan dimulai di Jawa Barat

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya S.Ip M.I.Kom
Foto: Istimewa
Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya S.Ip M.I.Kom

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat menginisiasi vaksinasi Covid-19 menggunakan tenaga bidan mandiri di desa/kelurahan. Saat ini, Jabar sudah menyuntikkan 18,4 juta dosis vaksin dari total target 37 juta di akhir Desember 2021. Sehingga, masih butuh kerja keras untuk mencapai target. 

Menurut Wakil Ketua Divisi Percepatan Vaksinasi Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil, dengan potensi 5.899 titik vaksinasi  oleh bidan mandiri, Jabar bisa menghasilkan 206.465 orang tervaksin per hari. "Itu dengan hitungan satu bidan memvaksin 35 orang per hari. Jika target ditingkatkan jadi 50 orang per hari, maka hasilnya akan lebih besar lagi," ujar Atalia, Kamis (16/9).

Atalia mengatakan, bidan mandiri di desa/kelurahan dapat dioptimalkan untuk mempercapat vaksinasi di Jabar. Karena, memvaksin ibu hamil sudah jadi rutinitas bidan mandiri sehingga memvaksin Covid-19 bagi orang umum pun bisa. 

“Pemerintah sudah merambah ke wilayah desa dan kelurahan melalui gerakan dari puskesmas dan juga bidan mandiri desa jadi setiap satu orang bidan mandiri itu bisa mereka melakukan vaksinasi bagi 50 orang penduduk desa,” kata dia.

Dia menegaskan, sasaran vaksin bagi warga kelompok terdekat sangat penting dilakukan guna membentuk herd immunity secara parsial di lingkungan rumahnya. Apalagi jika konsisten dilakukan berbagai lembaga capaian target 37 juta jiwa pun akan segera terealisasi. 

“Saya kira ini penting sekali semakin banyak universitas komunitas dan target sasaran kita akan semakin cepat terealisasi,” kata dia.

Terkait stok vaksin di Jabar, menurut Atalia, hingga saat ini masih tersedia. Ia pun meminta agar kegiatan vaksinasi dilakukan lebih masif melalui kolaborasi dari berbagai elemen.  “Stok vaksin aman, bahkan kita mendorong pelaksanaan kegiatan vaksinasi dilakukan lebih masif lagi dilakukan oleh gabungan berbagai elemen,” kata Atalia. 

Atalia mengatakan, terkait pelaksanaan vaksin dosis 1 dan 2 jika dilakukan tidak pada tempat yang sama dipastikan hal tersebut aman. Asalkan jenis vaksin yang digunakan masih sama. 

“Kemarin saja saya cek vaksin pertama di tempat tersebut kemudian yang keduanya di tempat berbeda dan terdekat misalnya ke puskesmas dan bidan desa itu tidak masalah. Jadi sudah dipastikan itu aman,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement