Kamis 16 Sep 2021 16:00 WIB

UEA Peringati Setahun Hubungan Diplomatik dengan Israel

UEA menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 15 September 2020.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, kiri, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Donald Trump, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan melihat dokumen tersebut selama upacara penandatanganan Abraham Accords di South Lawn of the White House, Selasa (15/9/2020), di Washington
Foto: AP/Alex Brandon
Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, kiri, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Donald Trump, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan melihat dokumen tersebut selama upacara penandatanganan Abraham Accords di South Lawn of the White House, Selasa (15/9/2020), di Washington

IHRAM.CO.ID, TEL AVIV -- Kedutaan Besar Uni Emirat Arab (UEA) di Tel Aviv memasang spanduk bertuliskan “Perdamaian adalah Masa Depan Anak-Anak Kita” berbahasa Arab, Inggris, dan Ibrani di jalanan kota tersebut serta Yerusalem Barat. Spanduk tersebut merupakan peringatan satu tahun normalisasi diplomatik UEA dengan Israel.

“Kedutaan Besar UEA di Israel meluncurkan kampanye di Tel Aviv dan Yerusalem untuk menandai ulang tahun pertama Abraham Accords,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel lewat akun Twitter resminya pada Rabu (15/9), dikutip Middle East Monitor.

Baca Juga

Cicitan Kemlu Israel direspons Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid. “Untuk masa depan. Untuk anak-anak kita,” tulis Lapid.

UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 15 September 2020. Kesepakatan itu tercapai berkat mediasi dan dukungan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Kesepakatan tersebut dikenal dengan nama Abraham Accords.

Selain UEA dan Bahrain, AS pun membantu Israel melakukan normalisasi diplomatik dengan Sudan serta Maroko. Palestina mengecam kesepakatan damai tersebut. Menurut Palestina, apa yang dilakukan negara-negara Muslim terkait merupakan “tikaman” bagi perjuangannya memperoleh kemerdekaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement