Kamis 16 Sep 2021 21:00 WIB

UNICEF Minta Sekolah di Negara Pandemi Dibuka Kembali

Sekolah di sekitar 17 negara masih ditutup.

UNICEF Minta Sekolah di Negara Pandemi Dibuka Kembali. Anak-anak Sri Lanka duduk di dahan pohon saat mengakses pelajaran daring dari cagar alam hutan di desa mereka di Bibila, Sri Lanka, 2 Juli 2021. Memanjat batu dan duduk di puncak pohon bukan bagian dari kurikulum mereka tetapi anak-anak di desa sekitar ibu kota melakukan hal itu untuk dapat menangkap sinyal seluler untuk mengakses kelas online mereka. Kesenjangan digital yang dipicu oleh akses internet yang tidak merata dan biaya data yang tinggi telah memaksa banyak siswa keluar dari sistem pendidikan formal di Sri Lanka.
Foto: AP/Eranga Jayawardena
UNICEF Minta Sekolah di Negara Pandemi Dibuka Kembali. Anak-anak Sri Lanka duduk di dahan pohon saat mengakses pelajaran daring dari cagar alam hutan di desa mereka di Bibila, Sri Lanka, 2 Juli 2021. Memanjat batu dan duduk di puncak pohon bukan bagian dari kurikulum mereka tetapi anak-anak di desa sekitar ibu kota melakukan hal itu untuk dapat menangkap sinyal seluler untuk mengakses kelas online mereka. Kesenjangan digital yang dipicu oleh akses internet yang tidak merata dan biaya data yang tinggi telah memaksa banyak siswa keluar dari sistem pendidikan formal di Sri Lanka.

IHRAM.CO.ID, MANILA -- Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mendesak otoritas pendidikan agar segera mungkin membuka kembali sekolah di negara pandemi Covid-19. Jutaan siswa masih tidak diizinkan bersekolah selama 18 bulan.

Sekolah di sekitar 17 negara masih ditutup. Sedangkan sekolah di 39 negara sebagian sudah melakukan tatap muka.

Baca Juga

Menurut laporan yang dirilis UNICEF, Kamis (16/9), di antara sekolah yang hampir ditutup total adalah sekolah yang biasanya dihadiri hampir 77 juta siswa di Filipina, Bangladesh, Venezuela, Arab Saudi, Panama, dan Kuwait. Hampir sepertiga dari angka ini dilaporkan oleh Filipina, yang kini memerangi salah satu wabah Covid-19 terparah di Asia.

Tahun ajaran baru Filipina dimulai pekan ini. Siswa dari enam negara tersebut mewakili lebih dari 131 juta siswa di seluruh dunia yang melewatkan tiga perempat lebih pemelajaran tatap muka.

"Krisis pendidikan masih ada di sini dan setiap harinya ruang kelas masih terlihat gelap, kehancuran kian parah," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.

Laporan itu menyebutkan para pengajar harus menjadi prioritas vaksinasi Covid-19 setelah tenaga kesehatan dan kelompok yang paling rentan. Para siswa mungkin lebih aman berada di rumah, namun ketersediaan komputer, telepon seluler dan internet, serta kualitas pendidikan yang tidak merata menjadi sederet tantangan yang mesti mereka hadapi.

Di Filipina sejumlah anak terpaksa naik ke atap untuk mendapatkan sinyal internet. Pada Juni lalu, Presiden Rodrigo Duterte menolak usulan melanjutkan kelas tatap muka di sejumlah daerah.

"Saya tidak bisa mempertaruhkan kesehatan anak-anak," katanya.

UNICEF dan mitranya akan menutup saluran digital mereka selama 18 jam pada Kamis guna menarik perhatian terhadap krisis dan pemelajaran yang hilang selama 18 bulan. "Ini adalah krisis di mana kami tidak akan biarkan dunia mengabaikannya. Saluran kami bungkam, tetapi pesan kami kuat: Semua komunitas, di mana pun segera mungkin harus membuka sekolah kembali," kata Fore.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement