Jumat 17 Sep 2021 08:59 WIB

Brasil Ingin Stop Vaksinasi Covid-19 Bagi Remaja

Vaksin Pfizer adalah satu-satunya yang disetujui untuk anak di bawah umur di Brasil

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang wanita bereaksi saat melihat jarum suntik vaksin Sinovac untuk COVID-19 saat petugas kesehatan memvaksinasi penduduk di quilombo Kalunga Vao de Almas di pinggiran Cavalcante, negara bagian Goias, Brasil, Selasa, 16 Maret 2021.
Foto: AP/Eraldo Peres
Seorang wanita bereaksi saat melihat jarum suntik vaksin Sinovac untuk COVID-19 saat petugas kesehatan memvaksinasi penduduk di quilombo Kalunga Vao de Almas di pinggiran Cavalcante, negara bagian Goias, Brasil, Selasa, 16 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA - Pemerintah federal Brasil ingin menghentikan vaksinasi Covid-19 untuk sebagian besar remaja. Niat ini muncul dengan alasan kematian yang sedang diselidiki dan efek samping setelah sekitar 3,5 juta remaja telah diimunisasi, tetapi beberapa pemerintah negara bagian berjanji untuk melanjutkan.

Pada konferensi pers, Menteri Kesehatan Marcelo Queiroga mengkritik negara bagian dan kota karena tergesa-gesa memvaksin anak berusia 12 hingga 17 tahun tanpa masalah kesehatan yang menempatkan mereka pada risiko Covid-19 yang parah. Queiroga mengatakan remaja sehat yang telah mengambil satu suntikan tidak boleh mengambil vaksin kedua.

Baca Juga

Larangan suntikan kedua itu secara efektif merupakan upaya menghentikan imunisasi nasional untuk remaja. Dalam sebuah pernyataan, regulator kesehatan federal Anvisa mengatakan tidak ada bukti yang mendukung atau menuntut perubahan atas persetujuannya untuk anak-anak dari usia 12 hingga 17 tahun untuk divaksin dengan suntikan Pfizer.

Queiroga tidak merinci alasan untuk meminta penghentian. Namun ia mengatakan ada 1.545 efek samping yang terdaftar, dengan 93 persen di antaranya pada orang yang menerima suntikan Covid-19 selain vaksin Pfizer/BioNTech. Vaksin itu adalah satu-satunya yang disetujui untuk anak di bawah umur di Brasil.

Dia juga mengatakan ada satu kematian yang terdaftar,di kota Sao Bernardo do Campo di luar ibu kota negara bagian Sao Paulo. Anvisa dalam pernyataannya mengatakan sedang menyelidiki kematian seorang anak berusia 16 tahun yang mendapat dosis pertama awal bulan ini.

"Saat ini, tidak ada hubungan sebab akibat yang pasti antara kasus ini dan pemberian vaksin," katanya.

Negara bagian Sao Paulo, negara bagian terpadat di negara itu, mengatakan telah memvaksin hampir 2,5 juta orang di bawah usia 18 tahun. Gubernur Joao Doria mengatakan di media sosial bahwa Sao Paulo tidak akan berhenti memvaksin remaja. Queiroga mengatakan bukti tentang kemanjuran vaksin untuk remaja yang sehat belum pasti, meskipun data uji klinis menunjukkan vaksin itu efektif dalam mencegah penyakit.

Amerika Serikat, Israel, dan beberapa negara Eropa telah meluncurkan vaksinasi untuk anak-anak. Pada Senin, Inggris memutuskan semua anak berusia 12 hingga 15 tahun akan ditawari suntikan setelah penasihat medis senior mengatakan anak-anak akan mendapat manfaat dari berkurangnya gangguan terhadap pendidikan mereka.

Masih harus dilihat apakah komentar Queiroga akan membawa banyak pengaruh. Menurut Carlos Lula, presiden asosiasi sekretaris kesehatan negara bagian, sebagian besar negara bagian tidak berencana untuk menghentikan vaksinasi untuk kelompok usia ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement