Ahad 19 Sep 2021 23:47 WIB

Mahasiswa UMS Garap Perberdayaan Disabilitas di Desa Mlese

Kegiatan yang dilaksakan berupa pelatihan penggunaan website Sipakdedifa.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa UMS Garap Perberdayaan Disabilitas di Desa Mlese (ilustrasi).
Foto: www.langitperempuan.com
Mahasiswa UMS Garap Perberdayaan Disabilitas di Desa Mlese (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi (HMP-PG) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menjalankan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) 2021 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupa perberdayaan masyarakat disabilitas.

PHP2D merupakan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa yang memberikan peluang bagi mahasiswa untuk terjun ke masyarakat.

Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa ini dikerjakan oleh HMP-PG FKIP yang beranggotakan 14 orang. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas difabel menuju desa tangguh bencana inklusif di Desa Mlese, Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan yang dilaksakan berupa pelatihan penggunaan website Sipakdedifa kepada komunitas disabilitas yang dilaksanakan pada Agustus hingga Desember mendatang.

Ketua tim PHP2D, Sepfiana Dari Ningsih, mengatakan timnya baru melakukan program kerja pertama berupa pelatihan penggunaan website Sipakdedifa sebagai media pembelajaran bagi disabilitas di desa Mlese.

Tujuan pelatihan penggunaan website Sipakdedifa kepada komunitas disabilitas untuk memberikan informasi dan juga ilmu baru kepada disabilitas terkait website khusus disabilitas agar dapat mengakses informasi terkait bencana, mitigasi bencana, maupun berita lainnya.

"Dengan membuat website Sipakdedifa masyarakat disabilitas dapat mengetahui kemungkinan timbulnya bencana,  apa saja yang akan terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya sekaligus sebagai referensi bacaan sehari-hari," kata Sepfiana seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (17/9).

Menurutnya, masyarakat Desa Mlese selain terdiri dari individu yang normal secara fisik dan mental, juga terdapat sebagian masyarakat penyandang disabilitas. Jumlahnya mencapai kurang lebih 144 orang difabel dengan berbagai jenis disabilitas.

Penyandang disabilitas Desa Mlese sebagian telah terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan dapat melangsungkan kehidupannya secara mandiri. Hal itu ditandai dengan telah terbentuknya komunitas penyandang disabilitas "Sejahtera". Namun, seiring perjalanan waktu komunitas ini mengalami penurunan aktivitas kemasyarakatan maupun secara ekonomi.

Luaran yang diharapkan dalam program tersebut yakni, website komunitas penyandang disabilitas "Sejahtera" Desa Mlese, pembuatan website bengkel kendaraan bermotor modifikasi roda tiga khusus disabilitas dan pembuatan toko berbasis digital, serta terjalinnya kemitraan antara Prodi Pendidikan Geografi dengan Desa Mlese, Gantiwarno, Kabupaten Klaten.

Dosen pembimbing, Siti Azizah Susilawati, berharap agar mahasiswa tim PHP2D Penddidikan Geografi dapat menerapkan dan mengamalkan pelajaran serta pengalaman dalam berkolaborasi dengan teman-teman disabilitas. Banyak hal yang dapat diteladani dari pengalaman hidup sehari-hari, termasuk upaya mereka membangun ketangguhan dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. "Kami ingin membantu terwujudnya teman-teman disabilitas yang tangguh bencana yang didukung kapasitas ekonomi dan kondisi fisik yang kuat," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement