Senin 20 Sep 2021 17:28 WIB

Taliban Berkuasa, Salon Kecantikan di Afghanistan Sepi Tamu

Para pelanggan salon enggan berkunjung karena takut pada Taliban

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Seorang gadis Afghanistan melihat keluar dari sebuah salon kecantikan di Kabul, Afghanistan, Kamis, 16 September 2021. Sejak Taliban menguasai Kabul, beberapa gambar yang menggambarkan wanita di luar salon kecantikan telah dihapus atau ditutup-tutupi.
Foto: AP/Felipe Dana
Seorang gadis Afghanistan melihat keluar dari sebuah salon kecantikan di Kabul, Afghanistan, Kamis, 16 September 2021. Sejak Taliban menguasai Kabul, beberapa gambar yang menggambarkan wanita di luar salon kecantikan telah dihapus atau ditutup-tutupi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Salon kecantikan di Afghanistan mulai sepi pengunjung. Menurut beberapa pengelola, para pelanggan enggan berkunjung karena takut pada Taliban.

“Sampai dua bulan yang lalu, banyak pengantin yang biasa duduk di meja ini (untuk rias) dan di sini sangat ramai. Namun seperti yang Anda lihat, sekarang tidak ada (wanita) yang meninggalkan rumah mereka karena takut, dan mereka tidak mau pergi ke salon kecantikan,” kata Fatema Aaraa, seorang penata rias dan pemilik salon kecantikan di sebuah kota di Afghanistan saat diwawancara Reuters, Ahad (19/9).

Baca Juga

Menurut Aaraa, banyak wanita di Afghanistan masih “trauma” pada pemerintahan Taliban. Mereka takut Taliban menerapkan hukum atau peraturan serupa ketika mereka menguasai Afghanistan pada 1996-2001.

“Wanita gemetar dan takut Taliban akan memasuki salon kecantikan dan mengatakan mengapa Anda dalam bentuk seperti ini? Mengapa Anda melakukan make-up? Atau, ini adalah tempat non-Islam. Secara umum, orang takut,” ucapnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah papan nama salon kecantikan di Kabul, yang biasanya menampilkan wanita dan pengantin dengan riasan, telah disemprot menggunakan pilok atau cat berwarna hitam dan putih. Tujuannya adalah agar wajah para model tertutupi.

Saat Taliban memerintah Afghanistan pada 1996-2001, wanita wajib mengenakan penutup wajah atau burka. Mereka yang melanggar peraturan itu terkadang mengalami penghinaan atau bahkan pemukulan di depan umum oleh polisi agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement