Kamis 23 Sep 2021 01:28 WIB

Anies: DKI Proaktif Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19

Gelombang ketiga infeksi Covid-19 diprediksi bisa terjadi pada Desember 2021.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, saat memberikan apresiasi kepada tim pemulasaraan jenazah Covid-19, Rabu (22/9).
Foto: Republika/Zainur Mahsir Ramadhan
Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, saat memberikan apresiasi kepada tim pemulasaraan jenazah Covid-19, Rabu (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta proaktif mendeteksi dini dalam mengantisipasi gelombang tiga Covid-19 yang diprediksi bisa terjadi pada Desember 2021. Menurut Anies, deteksi dini tersebut terkait dengan pengalaman Jakarta menghadapi gelombang pertama dan kedua Covid-19.

"Karenanya sistem deteksi dini itu diaktifkan terus sampai sekarang belum diturunkan," kata Anies di Kawasan Monas Jakarta, Rabu (22/9).

Baca Juga

Kegiatan deteksi dini tersebut, kata Anies, antara lain pengujian sampel yang tetap dengan standar tinggi, yakni 8,4 kali lipat lebih tinggi dari standar WHO, kemudian kegiatan pelacakan (tracing) yang juga tinggi. "Jadi walaupun positivity rate kita telah di angka 0,7 tetapi kegiatan testing tidak direndahkan tetap tinggi, sehingga bisa mendeteksi bila terlihat kasus mulai menunjukkan tren peningkatan kita bisa langsung waspada," tutur Anies.

Kendati demiikian, Anies meminta seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga protokol kesehatan dan memastikan keluarga serta kolega untuk ikut vaksinasi. "Karena kuncinya dari lingkungan sendiri," ucap dia.

Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan pentingnya belajar dari pengalaman untuk mencegah potensi lonjakan ketiga di Indonesia. "Indonesia saat ini telah mengalami dua kali lonjakan yang terjadi pada Januari dan Juli 2021," kata Wiku Adisasmito melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Wiku mengatakan, saat ini dunia tengah mengalami lonjakan ketiga. Sehingga, perlu diwaspadai Indonesia dengan mempelajari pola kenaikan kasus di dalam negeri yang cenderung lebih lambat dari kenaikan kasus dunia.

"Pada pola gelombang kedua di mana terdapat jeda tiga bulan, perlu kita antisipasi mengingat dalam tiga bulan ke depan ini kita akan memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru 2022," katanya.

Wiku mengatakan lonjakan kasus di Indonesia pada Juli 2021 lebih disebabkan faktor internal dan bukan karena naiknya kasus global ataupun datang dari negara-negara lain. Beberapa faktor internal penyebab kenaikan kasus dan penyebaran virus adalah meningkatnya mobilitas dalam negeri, dan aktivitas sosial masyarakat yang terjadi bersamaan dengan periode mudik Idul Fitri dan sikap abai masyarakat terhadap protokol kesehatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement