Kamis 23 Sep 2021 20:35 WIB

Gus Miek Pendakwah yang Diterima Banyak Kalangan (I)

Keunikan Gus Miek sudah tampak sejak kecil.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto: gahetna.nl
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.

IHRAM.CO.ID, Sosok KH Hamim Tohari Djazuli atau yang lebih akrab dipanggil Gus Miek terlahir dalam keluarga pesantren di Ploso, Kediri, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1940 dan wafat pada 5 Juni 1993 di Surabaya. Dia lahir dari pasangan KH Jazuli Usman dan Nyai Radliyah.

Ayahnya adalah salah satu santri Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari yang mendirikan Pondok pesantren Ploso Kediri, sedangkan ibunya memiliki jalur keturunan sampai kepada Nabi Muhammad sebagai keturunan ke-32 dari Imam Hasan, anak dari Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fathimah.

Baca Juga

Keunikan Gus Miek sudah tampak sejak kecil. Dia tidak suka banyak bicara, suka menyendiri, dan bila berjalan selalu menundukkan kepala. Kendati demikian, Gus Miek sering masuk ke pasar untuk melihat pedagang dan sering melihat orang mancing di sungai. Jika keluarganya berkumpul, Gus Miek selalu mengambil tempat paling jauh.

Pada awalnya Gus Miek disekolahkan oleh ayahnya di Sekolah Rakyat, tetapi tidak selesai karena dia sering bolos. Ketika menginjak usia sembilan tahun, Gus Miek sudah sering bertabaruk ke berbagai kiai sufi. Beberapa kiai yang dikunjunginya adalah KH Mubasyir Mundzir Kediri, Gus Ud (KH Mas'ud) Pagerwojo-Sidoarjo, dan KH Hamid Pasuruan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement