Sabtu 25 Sep 2021 17:36 WIB

Kamboja Anggap Vaksin tak Cukup Tangkal Covid-19

Tngkat vaksinasi di Kamboja sekarang lebih tinggi dari Prancis, AS, bahkan Jerman.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang anak laki-laki bereaksi saat menerima suntikan vaksin COVID-19 Sinovac di pusat kesehatan Samrong Krom di luar Phnom Penh, Kamboja, Jumat, 17 September 2021.
Foto: AP/Heng Sinith
Seorang anak laki-laki bereaksi saat menerima suntikan vaksin COVID-19 Sinovac di pusat kesehatan Samrong Krom di luar Phnom Penh, Kamboja, Jumat, 17 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOMPENH -- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menegaskan vaksin saja tidak cukup untuk memerangi pandemi Covid-19 di negaranya. Ini bukan pertama kalinya ia membicarakan hal tersebut.

Pernyataan Hun tersebut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh banyak orang Kamboja. Mereka mempertanyakan mengapa COVID-19 masih menyebar di Kamboja meskipun tingkat vaksinasinya tinggi.

Baca Juga

Tercatat, tingkat vaksinasi di Kamboja sekarang lebih tinggi dari Prancis, AS, Inggris, Jerman, dan banyak negara barat. Hun menekankan bahwa warga Kamboja harus mengikuti pedoman kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Kamboja khususnya '3 ​​yang boleh dan tidak boleh' - mengatakan

“Seperti yang telah saya katakan, vaksin saja tidak cukup. Vaksin hanya mengurangi risiko infeksi dan, sekali terinfeksi, mengurangi perkembangan penyakit dan mengurangi kematian," kata Hun dilansir dari Khmer Times pada Sabtu (25/9).

Oleh karena itu, Hun mengingatkan pentingnya penerapan protokol kesehatan di negaranya. Sebab vaksin tak membuat warga kebal 100 persen terhadap COVID-19.

"Tindakan kesehatan adalah tindakan yang harus diambil, yang sering kita katakan dengan sederhana yaitu ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan," ujar Hun.

Diketahui, kasus Covid-19 di negara-negara Asia Tenggara hingga Senin (20/9) malam total mencapai 11,5 juta. Indonesia dan Filipina berada di posisi teratas dengan masing-masing mencatat 4,19 juta kasus dan 2,3 juta kasus.

Malaysia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah kasus hampir mencapai 2,1 juta kasus. Brunei Darussalam menjadi negara paling kecil terdampak dengan 5.261 menyusul peningkatan signifikan dalam satu bulan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement