Ahad 26 Sep 2021 15:14 WIB

Prancis Gandakan Bantuan Vaksin untuk Negara Miskin

Uni Eropa turut berkomitmen mendistribusikan bantuan 500 juta dosis vaksin Covid-19.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya akan menggandakan bantuan vaksin Covid-19 untuk negara miskin menjadi 120 juta dosis.
Foto: EPA-EFE/DANIEL DAL ZENNARO
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya akan menggandakan bantuan vaksin Covid-19 untuk negara miskin menjadi 120 juta dosis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya akan menggandakan bantuan vaksin Covid-19 untuk negara miskin menjadi 120 juta dosis. Dia tak menampik masih terdapat benua yang masih rendah tingkat vaksinasinya.

“Ketidakadilannya adalah bahwa di benua lain, jelas, vaksinasi sangat terlambat. Kita harus lebih cepat, lebih kuat,” kata Macron dalam pidatonya di konser Global Citizen di Paris, pada Sabtu (25/9).

Oleh sebab itu, Prancis akan menggandakan jumlah dosis vaksin yang bakal disumbangkan ke negara-negara miskin. “Kami akan memberikan dari 60 juta menjadi 120 juta dosis yang ditawarkan,” ujar Macron.

Pada Rabu (22/9) lalu, Amerika Serikat (AS) pun mengumumkan bahwa mereka akan menggandakan sumbangan vaksinnya ke negara miskin dan membutuhkan. Washington menyiapkan 1,1 miliar dosis. Presiden AS Joe Biden menggambarkan pandemi sebagai “krisis serba bisa”. “Kita membutuhkan negara-negara berpenghasilan tinggi lainnya untuk mewujudkan ambisi mereka sendiri,” ucapnya.

Uni Eropa turut berkomitmen mendistribusikan bantuan 500 juta dosis vaksin Covid-19. Presiden Cina Xi Jinping dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB menyampaikan negaranya menyiapkan dua miliar dosis vaksin untuk disalurkan ke negara yang membutuhkan hingga akhir tahun.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berulang kali mengecam ketidakadilan atau ketimpangan distribusi vaksin antara negara-negara kaya dan miskin. “Saya tidak akan tinggal diam ketika perusahaan dan negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir bahwa orang miskin dunia harus puas dengan sisa vaksin,” ujarnya awal September lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement