Senin 27 Sep 2021 22:19 WIB

Dalil Haji Harus Mengikuti Manasiknya Nabi Muhammad

Dalil Haji Harus Mengikuti Manasiknya Nabi Muhammad SAW.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Dalil Haji Harus Mengikuti Manasiknya Nabi Muhammad. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Dalil Haji Harus Mengikuti Manasiknya Nabi Muhammad. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Di samping sholat, ibadah haji termasuk salah satu di antara dua ibadah yang secara spesifik ditegaskan harus mengikuti manasiknya Nabi Muhammad. Terkait dengan tata cara pelaksanaan sholat, Nabi SAW bersabda:

"Dan kerjakanlah shalat sebagaimana kalian melihat aku sholat." (HR. Bukhari).

Baca Juga

Sedang dalam pelaksanaan ibadah haji Nabi bersabda: "Hendaklah kalian mengambil cara pelaksanaan haji kalian, karena sesungguhnya aku tidak tahu, mungkin aku tidak dapat melakukan haji lagi setelah hajiku ini." (HR. Muslim).

Mengikuti tata cara Nabi SAW dalam beribadah kepada Allah, dalam bahasa Arab disebut dengan ittiba’ atau mutaba’ah. 

 

H. Shalahuddin Guntung, Lc menerangkan, secara etimologi, Ittiba’ berarti mengikuti, menyusul, meniti, meniru, dan mencontoh sesuatu. Ittiba’ dalam Ensiklopedi Lisan al-Arab digambarkan dalam bentuk seseorang yang berjalan di depan anda, lalu anda ikut berjalan di belakangnya.

Sedang menurut terminologi, ittiba’ diartikan sebagai upaya mencontoh dan mengikuti tuntunan Nabi SAW dalam berbagai hal, mencakup akidah, perkataan, dan perbuatan, bahkan dalam hal meninggalkan suatu perkara.

"Dalam melaksanakan ibadah haji misalnya, seseorang yang melakukan ibadah tersebut harus benar-benar berusaha mengikuti tata cara manasik yang telah dipraktekkan oleh Nabi SAW pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan," kata H. Shalahuddin Guntung,

dalam bukunya Haji dan Ittiba.

Mulai sejak fase persiapan hingga tahap akhir pelaksanaan ibadah haji. Tata cara tersebut

telah diriwayatkan oleh para sahabat yang ikut menyertai beliau dalam haji wada’ yang berlangsung pada tahun 10 H. Tata cara tersebut dapat dipelajari dan diakses dengan berbagai cara, baik melalui buku, kaset, CD,

internet.

Bisa juga melalui majelis taklim, diskusi, serta bertanya kepada para ulama dan para dai.

Selain keikhlasan, Ittiba’ juga merupakan salah satu di antara dua syarat utama diterimanya suatu ibadah di sisi Allah. Keikhlasan dan ittiba’

dalam beribadah kepada Allah tidak hanya berlaku dalam pelaksanaan ibadah haji dan shalat saja, tetapi kedua persyaratan ini harus terpenuhi dalam semua bentuk dan jenis ibadah.

"Kedua syarat tersebut merupakan persyaratan umum dan berlaku bagi semua ibadah, di samping syarat-syarat tertentu lainnya yang spesifik bagi masing-masing ibadah," katanya.

Menurutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa ibadah selain shalat dan haji tidak terdapat seruan khusus untuk mengikuti praktek Nabi SAW di dalam pelaksanaannya, tetapi ketentuan ini ditetapkan dalam dalil-dalil umum lainnya, seperti firman Allah yang artinya:

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31).

Dan dalam surah Al-An'am 153 Allah SWT firman yang artinya:

"Dan bahwa yang Aku perintahkan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang

lain], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa."

Dan dalam Al-A’raf ayat 3 Allah SWT berfirman yang artinya:

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)."

Dalam surah Al-Ahzab ayat 21 Allah SWT juga bergirman yang artinya:

"Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement