Rabu 29 Sep 2021 14:28 WIB

Aktivis: AS Larang Pesawat dari Kabul Mendarat

Washington perlu waktu untuk memverifikasi pesawat sewaan sebelum mengizinkan masuk.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pesawat-pesawat diparkir di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Minggu, 5 September 2021. Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Maskapai Penerbangan Ariana Afghan yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.
Foto: AP/Wali Sabawoon
Pesawat-pesawat diparkir di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Minggu, 5 September 2021. Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Maskapai Penerbangan Ariana Afghan yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Aktivis organisasi non-profit Project Dynamo mengatakan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) menolak hak mendarat pesawat yang membawa warga AS. Pesawat yang terbang dari Kabul itu berisi lebih dari 100 warga AS dan pemilik kartu hijau AS.

"Mereka tidak mengizinkan pesawat sewaan penerbangan internasional masuk gerbang pintu AS," kata pendiri Project Dynamo Bryan Stern, Rabu (29/9).

Baca Juga

Stern mengatakan hal ini dari dalam pesawat yang disewa dari maskapai swasta Afghanistan, Kam Air. Ia mengatakan sudah berada di bandara Abu Dhabi selama 14 jam bersama dengan 117 orang dari Kabul, sebanyak 59 di antaranya anak-anak.

Project Dynamo salah satu dari beberapa jaringan ad hoc veteran militer, pejabat dan mantan pejabat AS dan kelompok-kelompok lain untuk membantu operasi evakuasi warga AS dari Afghanistan bulan lalu. Setelah proses evakuasi berjalan tidak mulus dan diorganisir dengan buruk.

Departemen Keamanan Luar Negeri AS belum menanggapi permintaan komentar. Seorang pejabat pemerintah Amerika yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan pemerintah tidak mengetahui hal ini tapi biasanya Washington perlu waktu untuk memverifikasi pesawat sewaan sebelum mengizinkan mereka mendarat di AS.

Bulan lalu pemerintah Presiden Joe Biden mengatakan memulangkan warga Amerika dan pemilik kartu hijau dari Afghanistan menjadi agenda utama. Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington menyadari msih ada sekitar 100 warga dan pemukim legal AS yang siap meninggalkan Afghanistan.

Stren mengatakan ia membawa 28 warga AS, 83 pemilik kartu hijau dan enam pemegang Visa Khusus Imigrasi AS. Visa itu diberikan pemerintah AS bagi warga Afghanistan yang bekerja untuk AS selama 20 tahun bagi pasukan AS di negara itu.

Ia mengatakan sempat berencana memindahkan para penumpang ke pesawat sewaan maskapai Ethiopia. Bea Cukai AS mengizinkan pesawat itu mendarat di Bandara Internasional  John F. Kennedy di New York.  

Namun mereka mengubahnya untuk mendarat di Bandara Internasional Dulles yang terletak di luar Washington, sebelum akhirnya melarang pesawat itu mendarat di bandara mana pun di AS. "Saya memiliki pesawat Boeing 787 yang besar, indah, raksasa dan sangat besar yang dapat saya lihat parkir di depan saya, saya memiliki kru, saya memiliki makanan," katanya.

Stern mengatakan perantara di Kabul mendapatkan izin dari Otoritas Penerbangan Sipil Afghanistan yang kini dikuasai Taliban agar organisasinya dapat mengirim pesawat sewaan dan mengambil penumpang dari bandara Kabul.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement