Rabu 29 Sep 2021 22:19 WIB

Menkop Kawal Pasokan Produk UMKM di Jaringan Accor Group

Novotel Solo Hotel teleh memberikan ruang promosi UMKM di lobi hotelnya.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kanan) meninjau produk UMKM saat kunjungan kerja ke Solo.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kanan) meninjau produk UMKM saat kunjungan kerja ke Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama antara Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) dengan jaringan hotel global Accor Group diklaim telah membuahkan hasil. Terutama mayoritas di  jaringan hotel Accor Group wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti Novotel dan Ibis Hotel.

Sebelumnya, Kemenkop berkolaborasi dengan Accor Group melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) penyerapan berbagai produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di jaringan hotel milik Accor Group. Kerja sama ini sangat potensial bagi pelaku UMKM karena Accor Group memiliki 5.000 lebih jaringan hotel di seluruh dunia. 

Baca Juga

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam kunjungannya ke Solo, Jawa Tengah, menyaksikan sendiri Novotel Solo Hotel, sebagai salah satu jaringan hotel Accor Group, memberikan ruang promosi di lobi hotelnya. Ia mengapresiasi komitmen Accor Group dalam kerja sama tersebut. 

"Saya pribadi sangat berterima kasih dan mengapresiasi langkah ini. Kalau bisa ini dijaga karena tak hanya menguntungkan bagi UMKM, tapi ini juga menjadi bisnis lain bagi Accor," ujar dia melalui keterangan resmi, Rabu (29/9).

Bagi produk UMKM yang akan masuk dalam jaringan Accor Group, Teten meminta, agar mampu memenuhi standar atau selera pasar internasional. Kemudian perlu juga ditambah adanya kisah di balik produk tersebut. 

"Bayangkan jika satu produk UMKM masuk ke seluruh jaringan itu, sangat besar sekali dampaknya. Terutama dalam memperkenalkan produk Tanah Air," kata dia.

Hanya saja, satu yang belum bisa dipenuhi kementerian dari permintaan Accor yakni untuk produk minyak kayu putih. Alasannya, belum banyak UMKM yang memenuhi standar.

"Kalau produk UMKM tak sesuai tentunya akan membuat brand image jadi buruk. Kualitas dan standardisasi harus dijaga," ujar Teten.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement