Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Luthfiatun Nafiah

Pola Pembelajaran Konvensional Hingga Bermedia

Eduaksi | Wednesday, 29 Sep 2021, 09:31 WIB

REVIEW JURNAL

Dosen Pembimbing : Nur Ngazizah, S.Si, M.Pd

Disusun Oleh :

Luthfiataun Nafi’ah ( 202180041)

PGSD 3A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2021

POLA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL HINGGA

BERMEDIA

A. Pengertian

Pola Pembelajaran Konvensional

Sumber daya manusia yang berkualitas yakni sumber daya manusia yang

kreatif, cerdas, terampil, berwawasan luas, disiplin, beriman, bertaqwa, mampu bersaing

di dalam dunia kerja sesuai dengan perkembangan zaman, serta bertanggung jawab di

dalam kehidupan. Sumber daya manusia yang berkualitas mutlak atau wajib dikembangkan

dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan di bidang pendidikan.

Republika (2015) yang menyatakan bahwa meskipun telah melalui pergantian

kurikulum selama beberapa kali, masih ada guru-guru yang setia menerapkan metode

pembelajaran tradisional saat mengajar. Kebiasaan mengajar masih dominan

menempatkan guru sebagai subjek, sedangkan murid atau siswa berperan sebagai objek.

Suparman (dalam Republika, 2015) menyatakan, banyak praktik pembelajaran guru- guru

yang tidak berorientasi pada pengembangan keragaman potensi anak melainkan hanya

didasarkan pada bagaimana guru menyelesaikan target-target kurikulum sehingga, pada

akhirnya berorientasi pada kepentingan guru.

a) Pembelajaran konvensional pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).

Pada pembelajaran ini guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran,

guru sangat aktif dari merencanakan, melaksanakan, dan sampai pada evaluasi,

sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru serta mengamati

kegiatan yang dilakukan guru. Dalam hal ini pembelajaran yang berpusat pada guru

menyebabkan siswa menjadi pasif karena siswa hanya berperan sebagai pendengar

dan penerima informasi yang diberikan oleh guru.

(Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru Vol. 2 No. 1, April 2019 P-ISSN :

2621-5713, E-ISSN : 2621-5705) Pt. Ayu Pramita1 , I Km. Sudarma2 , I Nym.

Murda3

b) Pembelajaran konvensional (metode ceramah) untuk pembelajaran IPA, bahwa

guru lebih banyak melakukan kegiatan mengajar dengan cara

menerangkan,memberikan tugas rumah dan menyampaikan dengan cara membuat

ringkasan.. Siswa hanya menerima informasi verbal dari buku-buku dan guru atau

ahli, siswa hanya melakukan kegiatan mendengarkan dan menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran konvensional

akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Siswa hanya duduk mendengarkan,

menulis dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Guru masih

memfokuskan pembelajaran IPA pada upaya menuangkan pengetahuan tentang

materi IPA sebanyak mungkin melalui ceramah. Selain itu, guru menjelaskan

materi belum memanfaatkan media yang ada.

(Lawe (2018). Journal of Education Technology. Vol. 2 No. (1) pp. 26-34 )

Yosefina Uge Lawe

c) Pembelajaran konvensional penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa

secara lisan. Guru sebagai sumber informasi berperan aktif dalam proses

pembelajaran, sedangkan siswa sebagai objek yang sifatnya pasif hanya

mendengarkan dan menghafal pengetahuan yang ditransfer oleh guru. dalam hal ini

guru sebagai sumber informasi berperan aktif dalam proses pembelajaran,

sedangkan siswa sebagai objek yang sifatnya pasif hanya mendengarkan dan

menghafal pengetahuan yang ditransfer oleh guru.

Trianto (2010: 58) menyatakan bahwa pada pembelajaran konvensional guru sering

membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri

pada kelompok, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salah seorang kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya

“mendompleng” keberhasilan “pemborong”, kelompok belajar biasanya heterogen,

pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing, keterampilan sosial sering

tidak secara langsung diajarkan, pemantauan melalui observasi dan invertasi sering

tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung, guru

sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar.

(Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543 PPs

Universitas Pendidikan Ganesha JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 92 ) Ni

Luh Mita Mahendra Yanti

d) Pembelajaran konvensional guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran

sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini

berdampak pada kurangnya pengetahuan dan keaktifan siswa saat pembelajaran

berlangsung. Interaksi dalam proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah

yaitu dari guru ke siswa. Guru hanya menerapkan metode ceramah, tanya jawab,

dan penugasan. Hal tersebut membuat siswa menjadi pasif karena siswa hanya

mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, kemudian mencatat, dan

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Suasana pembelajaran menjadi

kurang menarik dan kurang menyenangkan untuk siswa sehingga banyak siswa

yang terlihat bosan dan kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

(Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Volume 3, Number 1, Tahun 2019, pp. 98-106

P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN : 2549-6174) Pt.Anggreni Astawa, I.Md. Tegeh

e) Menurut Kurniasih dan Sani (2016:21) adalah banyak guru menggunakan metode

ceramah dalam melaksanakan proses pembelajaran. Metode ini masih bersifat

konvensional dan cenderung teacher centered. Guru kurang melibatkan siswa

secara langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang aktif

dalam pembelajaran. Siswa hanya menyimak apa yang disampaikan oleh guru

melalui metode ceramah Pembelajaran yang demikian dapat menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa.

(Jurnal PGSD Volume 06 Nomor 03 Tahun 2018 ) Beti Purnamasari, Julianto

Pola Pembelajran Bermedia

f) Pola pembelajran bermedia adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan

peserta didik sebagai subjek yang belajar, sedangkan guru adalh subjek yang

mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan menggunakan

beberapa media pembelajaran yang dibantu dengan adanya pola-pola

pembelajaran.

(Jurnal Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, 2021) Sari Linda Puspita

g) Dalam proses pembelajaran, media berperan sebagai alat bantu. Dengan

pemanfaatan media, siswa lebih mudah memahami kegunaan materi yang dipelajari

unutk kehidupan nyata. (Sumarni dalam Nazifah : 2013) menyatakan secara umum

media bermanfaat sebagai alat bantu mewujudkan proses pembelajaran yang

efektif, meletakkna dasar-dasar yang nyata serta konsep yang abstrak sehingga

mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme, mengembangkan motivasi

siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran.

(Jurnal for Lesson and Learning Studies Vol.3 No.2, July 2020 )

B. Metode Pembelajaran

Pembelajaran Konvensional

Arti dari kata konvensional dapat diartikan “tradisional”, sedangkan

tradisional dapat diartikan” sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang

teguh terhadap norma serta adat yang ada sebelumnya dan dilakukan secara turun

temurun”. Disini dapat kita artikan bahwa pembelajran konvensional merupakan sutau

pembelajran yang mana pembelajaran tersebut dalm proses belajar mengajar ,enggunakan

metode lama, yaitu dalam penyampaian materi dengan cara ceramah.

Bahan dalam pengajaran konvensional sangatlah terbatas, karena yang

menjadi sumber pokok pembelajaran adalah guru/ pengajar. Pembelajran konvensional

tidakmenggunakan bahan ajar yang lengkap, namun hanya berupa garis besar isi serta

jadwal yang disampaikan diawali pembelajaran. Siswa hanya mengngerjakan tugas yang

telah diberikan guru. Metode yang sering digunakan untuk dalam pembelajaran

konvensional seperti halnya mode ceramah, sistim tanya jawab, metode diskusi, serta

penugasan. (Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Volume 3, Number 1, Tahun 2019, pp. 98-

106 P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN : 2549-6174) Pt.Anggreni Astawa, I.Md. Tegeh

Secara umum, ciri-ciri model pembelajaran konvensional sebagai berikut :

1. Pembelajran berpusat pada guru ( siswa pasif)

2. Komunikasi lebih banyak dari guru daripada siswa

3. Guru menjelaskan materi, sedangkan siswa hanyalah pendengar setia.

4. Guru fokus pada bahan pelajaran.

Hasil survei terhadap beberapa SD di Golewa Barat menemukan data bahwa

sebanyak 80% guru menyatakan paling sering menggunakan metode ceramah untuk

pembelajaran IPA. (Lawe (2018). Journal of Education Technology. Vol. 2 No. (1) pp.

26-34) Yosefina Uge Lawe

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru kelas V yang berada

di Gugus III Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2017/2018.

Didapatkan hasil observasi sebagai berikut :

Pertama, hanya beberapa siswa yang mau mengangkat tangan untuk memberikan

pendapat atas pertanyaan yang diberikan guru selain itu, siswa enggan untuk bertanya

apabila menemukan kesulitan atau belum mengerti dengan penjelasan guru.

Kedua, proses pembelajaran kurang efektif dan kondusif serta kurang mengarahkan siswa

agar mampu mengkontruksi pengalaman kehidupan sehari-hari ke dalam pembelajaran di

kelas, sehingga materi yang diberikan tidak lama diingat oleh siswa.

Ketiga, guru tidak menggunakan media sehingga pembelajaran menjadi monoton dan

membuat siswa mudah jenuh.

Keempat, siswa tidak dapat menjelaskan kembali tentang konsep materi pembelajaran

yang telah dipelajari, hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan siswa dalam

mencari ide pokok dari persoalan yang diberikan sehingga siswa mengalami kesulitan

dalam penyampaian materi yang sudah diajarkan.

(Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru Vol. 2 No. 1, April 2019 P-ISSN : 2621-5713,

E-ISSN : 2621-5705 ) Pt. Ayu Pramita, I. Km. Sudarma, I Nym. Murda

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus IV

Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung yang terdiri atas siswa SD No. 1 Kedonganan, SD

No. 2 Kedonganan, SD No. 3 Kedonganan, SD No. 4 Kedonganan, SD No. 3 Tuban, dan

SD No. 5 Tuban. Dikatakan setara karena dalam pengelompokan, siswa disebar secara

merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini berarti

tidak terdapat kelas unggulan maupun non unggulan di kelas IV SD Gugus IV

Kecamatan Kuta.

Pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran konvensional lebih

menekankan fungsi pendidik sebagai pemberi informasi. Pendidik mengatur secara ketat

proses pembelajaran baik dari segi topik, mutu, maupun strategi. Disini pendidik lebih

menekankan tugasnya sebagai model. Tujuan akan dicapai secara maksimal bila pendidik

mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan secara tepat sehingga dapat

ditiru oleh siswa. Sementara siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan-penjelasan

pendidik tanpa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Hal itu kurang sejalan dengan

konsepsi pembelajaran IPA bahwa lingkungan alam atau peristiwa alam yang terjadi di

sekitar haruslah dipahami anak dengan mengekplorasi kemampuan pada dirinya sendiri.

(Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543 PPs Universitas

Pendidikan Ganesha JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017) Ni Luh Mita Sri Mahendra

Yanti

Pembelajaran Bermedia

➢ Model Pembelajaran Koperatif tipe Marry Go Round

Model pembelajaran kooperatif tipe Marry Go Round adalah model

pembelajaran yang efektif dalam mengubah pola diskusi kelompok di dalam kelas yang

akan mengaktifkan setiap anggota kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk melakukan kerjasama dan saling membantu antarsiswa dalam proses pembelajaran.

Djuni Sefra (dalam jurnal Dewi) berpendapat bahwa cooperative learning teknik Marry Go

Round mempunyai kelebihan yaitu dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam membahas

soal-soal yang berbentuk uraian, siswa lebih aktif dan dapat menuangkan ide-ide untuk

kemajuan kelompoknya sehingga kualitas pembelajaran di kelas dapat meningkat karena

siswa menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari materi dan aktif untuk mengemukakan

pendapatnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

sikap komunikatif dan prestasi belajar siswa pada mata pelajara IPA diperlukan model

pembelajaran yang tepat dengan bantuan video pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Pamijen, Kecamatan

Sokaraja, Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah 18 siswa yang

terdiri dari 8 perempuan dan 10 laki-laki. PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus yang terdiri

dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,

serta refleksi. Adapun dalam pengumpulan data menggunakan teknik tes (soal evaluasi)

dan non tes (observasi dan dokumentasi). Model pembelajaran kooperatif tipe Marry Go

Round dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar IPA siswa

dapat diperlihatkan dengan naiknya nilai rata-rata siklus I ke siklus II yaitu dari 66,61

menjadi 80,05 . Presentase ketuntasan pada siklus I sebesar 66,6 % mengalami

peningkatan pada siklus II menjadi 83,3%, sehingga presentase ketuntasan dapat mencapai

indikator yaitu sebesar 75%. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 12 siswa dan

yang lanjut pada siklus II sebanyak 15 siswa.

(Jurnal ilmiah PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Juli 2018)

ENDAH AFIANINGRUM

➢ Model pembelajran CLT

CTL (Contextual Teaching and Learning) ialah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi dan situasi nyata (Astuti etal., 2020; Santoso, 2017;

Wirdaningsih et al., 2017; Yerizon et al., 2020). Model pembelajaran CTL membantu siswa

untuk belajar lebih bermakna karena siswa dituntut untuk menghubungkan pembelajaran

dengan situasi nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. CTL yaitu terjadi transfer

belajar peserta didik yang belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain’’

(Bahri, 2017; Hasan, 2019; Rahmawati, 2019). CTL adalah sebuah sistem yang

merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna (Hakim, 2018;

Rahmadi, 2018). Pembelajaran CTL yang harus dikembangkan guru, diantaranya (1)

constructivism, (2) inquiry, (3) questioning, (4) learning community, (5) modelling,

(6) reflection, (7) authentic assessment (Rusman, 2016). Kelebihan dari model

pembelajaran CTL adalah lebih menekankan siswa untuk terlibat langsung. Pembelajaran

CTL akan sangat berkesan dan bermakna bagi peserta didik karena proses pendidikannya

membantu peserta didik melihat makna dalam proses pembelajaran (Marbun, 2018).

Pembelajaran CTL siswa juga aktif sehingga membuahkan hasil belajar menjadi lebih baik

(Rahmawati, 2019). Dalam proses pembelajaran, media berperan sebagai alat bantu.

Dengan memanfaatkan media konkret, siswa akan lebih mudah memahami kegunaan

materi yang dipelajari untuk kehidupan nyata. Model pembelajaran CTL perbantuan media

konkret lebih menekankan keterlibatan siswa dengan dunia nyatanya dalam belajar,

sehingga siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SDN gugus kompyang sujana tahun

pelajaran 2019/2020 meliputi 7 SDN dan 7 kelas dengan total 244 siswa. Dapat dibuktikan

bahwa model pembelajaran CTL berbantuan media konkret terhadap kompetensi

pengetahuan IPA siswa kelas IV SDN gugus kompyang sujana tahun pelajaran 2019/2020.

Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa di kelas eksperimen sebesar 78,35 sebaliknya

di kelas kontrol sebesar 75,56.

(Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 3 No.2, July 2020

P-ISSN: 2615-6148, E-ISSN: 2615-7330) Luh Putu Ayu Anjani1, DB. Kt. Ngr Semara

Putra, I Ketut Ardana

➢ Model pembelajaran kooperatif dengan bermedia Colour Card

Bisa dikatakan model pembelajaran pair checks spencer kagen. Menurut Kurniasih dan

Sani (2016:111), pair check artinya pasangan mengecek. Model pembelajaran pair check

dipopulerkan oleh Spencer Kagen. Model pembelajaran pair check spencer kagen

merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kerja sama antar anggota

kelompok. Model pembelajaran ini menerapkan teknik berpasang-pasangan, satu anak

sebagai pelatih yang bertugas memberikan petanyaan dan mengecek jawaban temannya

dan teman yang satu lagi sebagai partner yang ditugaskan untuk menjawab soal yang

diberikan oleh pelatih. Pelatih yang mengecek kebenaran jawaban akan memberikan

reward kepada partner ketika jawaban partner benar, kemudian mereka bertukar peran.

Model pembelajaran pair check spencer kagen dapat melatih kemandirian dan kemampuan

siswa dalam menjawab soal yang diberikan, melatih interaksi sosial siswa, serta

kemampuan siswa memberikan penilaian kepada temannya pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Penerapan model pembelajaran pair checks spencer kagen akan dipadukan

dengan media colour cards,sehingga dengan adanya warna-warna pembelajran menjadi

lebih menarik. Hal ini telah diterapkan di di kelas V SD N Sumberagung.

(Jurnal PGSD Volume 06 Nomor 03 Tahun 2018) Beti Purnamasari Julianto,

PGSD,FIP Universitas Negeri Surabaya

➢ Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berbantuan Lembar Kerja Siswa

Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas bermakna lainnya, memberi

kesempatanpada siswa bekerja secara mandiri membentuk pemahaman mereka sendiri,

outputnya adalah siswa dapat menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik.

Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang melalui interaksi dengan

lingkungannya sehingga dapat dicapai melalui suatu usaha yang dilakukan pada saat

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP) dapat dipilih dalam pengajaran IPA,

karena melalui proyek pelajaran IPA menjadi lebih menarik dan lebih menekankan pada

proses. Model pembelajaran ini juga memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk

melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah. Ilmiah dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan memahami suatu konsep secara sistematis dan logis berdasarkan bukti fisik.

Fokus dari Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP) adalah proses dan produk.

Proses yang dilakukan siswa berbentuk kegiatankegiatan seperti (1) menetapkan tema

proyek, (2) konteks belajar, (3)merencanakan aktivitas, (4) memproses aktivitas, dan (5)

penerapan aktivitas untuk menerapkan proyek (Santyasa, 2006). Situasi dalam proses

tersebut dapat memancing kreativitas siswa dalam berpikir yang nantinya akan

menghasilkan out-put yang berupa (1) produk nyata, (2) peningkatan respon siswa terhadap

segala perubahan dan akibat dari suatu situasi, (3) peningkatan kemampuan dalam

memenejemen diri, (4) peningkatan kemampuan mendemontrasikan suatu proses kejadian

dan, (5) kebiasaan melakukan evaluasi diri (Rasana, 2009). Munandar (2004) menyatakan

bahwa, “istilah produk dalam hal ini dapat berupa Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Proyek Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa SD 29

keragaman dari benda atau gagasan (misalnya konsep kreativitas yang

baru)”.Pembelajaran ini diterapkan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, yang

dipraktikkan di Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Golewa Barat Kabupaten Ngada.

Yang menjadi peserta nya adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus II Kecamatan Golewa

Barat Kabupaten Ngada dengan jumlah 80 orang. Yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah SDN sobo sebagai kelompok eksperimen dan SDK Rakalaba sebagai kelompok

kontrol dengan jumlah sampel adalah 47. Dapat kita isimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model berbasis proyek

berbantuan LKS dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional

pada siswa kelas V SD Di gugus II Kecamatan Golewa Barat Kabupaten Ngada Tahun

pelajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan rata-rata hasil belajar IPA siswa

kelompok eksperimen yang cenderung tinggi dengan M = 23,78 dan hasil belajar IPA siswa

kelompok kontrol yang cenderung rendah dengan M =21,69.

(Lawe (2018). Journal of Education Technology. Vol. 2 No. (1) pp. 26-34 ) Yosefina

Uge Lawe

➢ Model pembelajaran Circuit Learning

Merupakan model pembelajaran yang menuntun siswa dalam menerima

pembelajaran dengan memaksimalkan dan mengupayakan pemberdayaan pikiran dan

perasaan melalui pola penambahan (adding) dan pengulangan (repetition) yang

dilaksanakan dalam situasi belajar kondusif dan fokus. De Porter (2010) menyatakan

bahwa model pembelajaran Circuit Learning bertujuan untuk mengajarkan keadaan prima

dalam belajar sehingga mencegah rasa takut, jenuh, pikiran negatif, bosan dan tidak

percaya diri dalam belajar. Linda (2017) menyatakan, model pembelajaran ini menekankan

belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama

menyelesaikan masalah dalam menyatukan pendapat untuk memeroleh keberhasilan yang

optimal baik kelompok maupun individu. Model pembelajaran ini dapat didukung dengan

berbantuan media flip chart. Flip chart adalah lembaran kertas berisikan bahan pelajaran

yang disusun dengan baik dan rapi menjadi satu bundel dengan ukuran yang sama dan

diikat pada bagian atasnya, cara menunjukkannya dengan dibalik satu per satu. Flip chart

merupakan “salah satu media cetakan yang sangat sederhana dilihat dari proses

pembuatannya dan penggunannya yang relatif mudah dengan memanfaatkan bahan kertas

yang mudah kita jumpai di lingkungan sekitar kita serta cukup efektif karena flip chart

dapat dijadikan sebagai media (pengantar) pesan pembelajaran yang secara terencana

ataupun secara langsung disajikan pada flip chart “(Susilana dan Riyana, 2007)

Berdasarkan hal tersebut, model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media flip

chart memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Namun besarnya pengaruh model

pembelajaran Circuit Learning dengan flip chart belum dapat diketahui. Berdasarkan

pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Flip Chart Terhadap Hasil Belajar IPA

pada Siswa Kelas VSemester II di SD Gugus III Kecamatan Seririt Tahun Pelajaran

2017/2018”. ( Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru Vol. 2 No.1, April 2019 p -ISSN

; 2621-5713, E-ISSN ; 2621-5705 ) Pt. Ayu Pramita, I Km. Sudarma, I Nym. Murda

➢ Model Pembelajaran KOOPERATIF Tipe Make A Match dengan Media Power Point

Model pembelajaran tipe make a mach merupakan pembelajran dengan

membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil dan mencari pasangan. Dalam

pembelajran ini siswa lebih menarik karena dalam pembelajarannya dengan bermain.

Siswa dapat memecahkan suatu masalah yang terkait juga adanya sebuah penghargaan.

Pembelajran Make A Match akan lebh menarik jika dilengkapi dengan power point.

Didalamnya akan ditampilkan gambar-gambar sert avidio, sehingg adengan menggunakan

power point siswa akan mampu memahami materi yang diperoleh ataupun sedang dibahas

dengan jelas.

( Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Volume 3 , Number 1, Tahun 2019, pp.98-106 pISSN:2579-3276 E-ISSN : 2549-6174 ) Pt. Anggreni Astawa, I Md. Tegeh

DAFTAR PUSTAKA

Yosefina Uge Lawe ( 2018 ), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berbantuan

Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa SD. Journal of Education

Technology. Vol. 2 No. (1) pp. 26-34

Pt. Ayu Pramita , I Km. Sudarma , I Nym. Murda (2019), Pengaruh Model Pembelajaran

Circuit Learning Berbantuan Media Flip Chart terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Profesi Guru Vol. 2 No. 1, -ISSN : 2621-5713, E-ISSN : 2621-5705

Ni Komang Ayu Sri Andinii , I Nyoman Jampel, I Komang Sudarma ( 2016 ), Pengaruh

Model Pembelajaran Pbl Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd Gugus 2

Kecamatan Rendang. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD

Vol: 4 No: 1

Ni Luh Mita Sri Mahendra Yanti ( 2017 ), Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem

Solving Berbasis Educative Games Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil

Belajar Ipa Kelas Iv Di Gugus Iv Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Jurnal Ilmiah

Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543 PPs Universitas Pendidikan Ganesha

JIPP, Volume 1 Nomor 2

Pt. Anggreni Astawa1, I Md. Tegeh ( 2019 ), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Make A Match Berbantuan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal

Ilmiah Sekolah Dasar Volume 3, Number 1, pp. 98-106 P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN :

2549-6174

Muhammad Ragil Kurniawan ( 2016 ), Validasi Informasi Di Era Digital:

Self Protection Peserta Didik Terhadap Globalisasi Informasi. Jurnal ilmiah PGSD FKIP

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Beti Purnamasari, Julianto ( 2018 ), Pengaruh Model Pembelajaran Pair Checks Spencer

Kagen Bermedia Colour Cards Terhadap Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd. Jurnal PGSD

Volume 06 Nomor 03, PGSD, FIP, Univertas Negeri Surabaya

Julhidayat Muhsam (2020), Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Model

Inkuiri Terintegrasi Life Skills Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Oeba 3 Kupang. Jurnal

Pendidikan Dasar Flobamorata. Vol 191) hlm. 14-21

Endah Afianingrum ( 2018 ), Peningkatan Sikap Komunikatif Dan Prestasi Belajar Siswa

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round Pada Mata Pelajaran Ipa

Materi Struktur Bumi Di Kelas V Sd Negeri 2 Pamijen. Jurnal PGSD FKIP Universitas

Muhammadiyah Purwokerto

Luh Putu Ayu Anjani , DB. Kt. Ngr Semara Putra , I Ketut Ardana ( 2020 ), Pengaruh

Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Berbantuan Media Konkret

Terhadap Kompetensi Pengetahuan Ipa. Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 3

No.2, P-ISSN: 2615-6148, E-ISSN: 2615-7330

Putu Ayu Anjani, DB Kt Ngr Semara Putra ( 2020 ), Pengaruh Model Pembelajran

Contextual Teaching and Learning Berbantuan Media Konkret Terhadap Kompetensi

Pengetahuan IPA. Journal for Lesson and Learning Studies 3(2), 230-237

Syaeful Bchri, Dasmo (2017), Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) Dengan Metode Pembelajran Two Stay Two Stray (TSTS). Jurnal Formatif 7(3) :

246-252 ISSN : 2088-351X

I Gd. Gunarta (2018), Pengaruh Model Pembelajran TGT Berbantu Media Question Card

Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Pedagogi dan Pemnelajran, Vol 1 No 2 Universitas

Pendidikan Ganesha

Jamaluddin (2016), Kemampuan Brpikir Kreatif Siswa SD dalam Pembelajran IPA. Jurnal

Ilmu Pendidikan , Jilid 17, Nomor 3, hlm 202-20

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image