Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sewelas11 wae

Guru, Pandemi, dan Orang Tua

Guru Menulis | Thursday, 30 Sep 2021, 11:17 WIB
Daring tema waktu Foto/ Dokumen Pribadi

Guru, Pandemi, dan Orang Tua

Seorang guru ibarat seorang dalang dalam sebuah pementasan wayang, sedangkan murid adalah wayangnya. Guru sebagai dalang adalah orang yang memegang kendali ketika pembelajaran berlangsung. Ia berkuasa penuh ketika mengajar anak didiknya. Guru memakai metode dan strategi apapun pastinya akan diikuti dan dipatuhi oleh murid. Berhasil atau tidaknya pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh faktor seorang guru.

Guru menurut UU no.14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan Noor Jamaluddin (1978: 1) berpendapat bahwa guru ialah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya mampu berdiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

Mengutip republika.co.id, dalam Islam guru adalah sosok yang dikaruniai ilmu oleh Allah SWT yang dengan ilmunya itu dia menjadi perantara manusia yang lain untuk mendapatkan, memperoleh, serta menuju kebaikan di dunia maupun di akhirat. Selain itu guru tidak hanya bertugas mendidik muridnya agar cerdas secara akademik, tetapi juga guru mendidik muridnya agar cerdas secara spritual yakni memiliki kepribadian Islam. Profesi yang sangat mulia yang berkonsekuensi pada tingkah laku seorang guru. Ia harus bisa menjaga perilaku, baik di sekolah maupun di rumah tempat ia tinggal. Guru adalah contoh dan teladan bagi semua orang dimanapun ia berada.

Pandemi yang belum berakhir ini menjadikan guru dan orang tua harus lebih banyak berkomunikasi dan bekerja sama untuk lebih memperhatikan lagi pendidikan anak-anaknya. Dulu sebelum adanya pandemi semua urusan yang berkaitan dengan pendidikan anak diserahkan semua kepada guru di sekolah. Orang tua banyak yang kurang perhatian terhadap perkembangan pendidikan anak-anaknya.

Mereka merasa bahwa yang bertanggung jawab atas pendidikan seorang anak adalah guru, sehingga orang tua terkadang acuh tak acuh dengan pendidikan anak-anaknya. Semuanya dilimpahkan ke guru. Sedangkan orang tua tahunya dan maunya si anak menjadi orang pintar dan berprestasi. Akan tetapi, dengan adanya pandemi ini orang tua dipaksa untuk juga memikirkan dan ikut bertanggung jawab dengan pendidikan anaknya. Memang sudah seharusnya orang tua mau dan bisa bekerja sama dengan guru untuk memikirkan dan bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Kerja sama, sinergi, dan kolaborasi orang tua dan guru adalah salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan anak.

Menurut penulis peranan orang tua pada masa pandemi ini sangat penting, diharapkan, dan diperlukan untuk kemajuan dan keberhasilan pendidikan anak, karena orang tua sejatinya adalah pertama, orang tua sebagai pendidik (guru) utama dan pertama. Menurut Zakiah Daradjat dalam buku Peranan Agama dalam Kesehatan Mental mengatakan bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga, yaitu dari kedua orang tuanya.

Pendidikan menjadi hal yang sangat diperlukan bagi anak. Dengan pendidikan yang baik, benar dan tepat akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Apabila pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya sesuai dengan usia dan karakternya, serta ditambah sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, maka dapat dipastikan anak menjadi insan yang mempunyai perilaku yang baik dan terpuji. Begitu juga sebaliknya, apabila orang tua salah dalam hal pendidikan maka anak pun akan menjadi generasi yang tidak diinginkan, yaitu generasi yang mempunyai akhlak jelek dan tak terpuji.

Tidak hanya pendidikan tentang akhlak atau tingkah laku saja, orang tua juga harus memperhatikan pada aktifitas belajar anak yang dilakukan sehari-harinya sebagai seorang pelajar. Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak dapat berupa bimbingan, pengawasan, nasihat, motivasi (dorongan positif) dan penghargaan serta pemenuhan apa saja yang menjadi kebutuhan anak (peralatan sekolah) dalam hal belajar. Dalam hal ini peranan orang tua sangatlah penting dan besar dikarenakan orang tua adalah lingkungan yang terdekat dan terakrab dengan anak.

Kedua, orang tua sebagai teladan. Menurut Djaka, Cs dalam buku Rangkuman Ilmu Mendidik menyampaikan, bahwa dalam pendidikan budi pekerti yang penting ialah kebiasaan dan perbuatan (prakteknya). Kebiasaan dan perbuatan orang tua pastinya dilihat dan didengar langsung oleh si anak, dan itu semua akan menjadi contoh bagi anak dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu orang tua harus berhati-hati dalam berkata dan bertindak agar anak bisa dan terbiasa mencontoh atau meniru perkataan dan perbuatan yang baik dari orang tuanya. Karena orang tua adalah teladan pendidikan budi pekerti bagi anak-anaknya.

Ketiga, orang tua sebagai teman. Pada era milineal sekarang ini, anak-anak banyak yang lebih memilih teknologi (gadget) sebagai teman dalam hidupnya. Sehari-hari berteman dan berinteraksi dengan gawai sampai lupa waktu. Gadget atau gawai tidak bisa lepas dari tangan dan dipisahkan dari anak. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, yang dipegang gawai. Inilah tantangan terberat bagi orang tua. Banyaknya penawaran-penawaran yang menarik, menggiurkan dan terbilang murah dari teknologi maju dan berkembang pesat seperti saat ini menuntut orang tua untuk selalu bisa dan dapat mendampingi dan mengawasi penggunaan teknologi (gadget) tersebut agar dalam penggunaannya oleh anak dapat terpantau dan terkontrol. Jadilah orang tua yang dianggap sebagai teman bagi anak bukan sebagai musuh.

Orang tua yang memahami persoalan-persoalan anaknya, enak diajak ngobrol dan juga dapat memberi solusi yang tepat yang dibutuhkan oleh anak. Orang tua menjadi pendengar yang setia dan baik. Ayah atau ibu selalu ada ketika anak sedang menghadapi suatu masalah dan membutuhkannya. Peran komunikasi dua arah antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan agar penggunaan gadget benar-benar sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai alat untuk pembelajaran daring, bukan untuk hal-hal lain yang mungkin tidak pas atau tidak sesuai dengan usia anak dan dapat memberi dampak negatif bagi tumbuh kembang anak.

Dengan masih adanya pandemi dan dimulainya tahun ajaran baru ini, maka orang tua harus benar-benar siap dengan segala resiko dan konsekuensinya. Akan tetapi sebagai orang tua jangan hanya bisa mengeluh dan pasrah dengan keadaan yang ada saat ini. Yakinlah dengan berdoa, ikhtiar yang maksimal dalam mendidik anak insyaAllah semua akan menjadi mudah dan terlewati dengan baik. Orang tua harus mempersiapkan diri dari sekarang dengan ilmu-ilmu tentang pendidikan daring dan juga tentang mendidik budi pekerti anak.

Pada akhirnya agar pandemi ini bisa dilalui dengan baik, maka diperlukan guru yang hebat dan orang tua yang perhatian akan pendidikan anak-anaknya. Sehingga Indonesia bisa menjadi bangsa yang kuat dan hebat. Semoga. Wallahu A’lam Bisshowab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image