Kamis 30 Sep 2021 12:12 WIB

Krisis Air di Suriah Memicu Lonjakan Penyakit

Para pengungsi mengalami diare akut, hepatitis, impetigo, kudis dan banyak lainnya.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Krisis Air di Suriah Memicu Lonjakan Penyakit. Sumur air minum untuk warga terdampak perang Suriah.
Foto: dok. Rumah Zakat
Krisis Air di Suriah Memicu Lonjakan Penyakit. Sumur air minum untuk warga terdampak perang Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Akses terbatas pada air bersih di Suriah utara menyebabkan peningkatan penyakit dan melemahkan pertempuran melawan Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Doctors Without Borders (MSF), Selasa (28/9).

Kelompok bantuan medis menyatakan krisis air akut terjadi dalam beberapa bulan terakhir karena penurunan dana untuk operasi air, sanitasi, dan kebersihan. Penghancuran infrastruktur air dan sanitasi selama satu dekade perang saudara semakin memperparah krisis air bersih.

Baca Juga

"Kami secara teratur dihadapkan pada dampak kesehatan dari kualitas air yang buruk, yang sering membawa penyakit yang ditularkan melalui air dan masalah kesehatan lainnya ke dalam kamp, ​​seperti diare, hepatitis, impetigo, kudis dan banyak lainnya,” kata Ibrahim Mughlaj dari MSF, dilansir di Al Arabiya, Rabu (29/9).

Menurut Mughlaj, krisis paling parah terjadi di barat laut Suriah, kubu oposisi besar terakhir di negara itu, di mana lebih dari tiga juta orang hidup dalam kondisi kumuh. Operasi bantuan air dan sanitasi hanya didanai sepertiga di tahun ini dan lebih sedikit air yang diangkut dengan truk.

“Pada Juli 2021, tim kami melihat peningkatan kasus diare di lebih dari 30 kamp di provinsi Idlib dan juga mendeteksi kasus kudis yang sering terjadi,” ujarnya.

Sejak awal tahun, 28 persen dari total konsultasi di rumah sakit yang didukung MSF di provinsi Idlib dilaporkan sebagai kasus diare akut. Krisis air juga membuat lebih sulit untuk menahan pandemi Covid-19. Infeksi Covid-19 melonjak di barat laut.

Menurut Mughlaj, situasinya juga mengerikan di timur laut Suriah, yang sebagian besar dikendalikan oleh pemerintahan otonomi Kurdi. Wilayah itu berjuang mengakses air yang aman karena gangguan berkelanjutan yang berulang dari stasiun air Alouk, yang berada di bawah kendali otoritas Turki.

Masalah ini diperparah dengan penurunan drastis volume air yang mengalir di sungai Efrat, yang merupakan sumber paling signifikan di kawasan itu. Pusat kesehatan primer yang didukung MSF di kota Raqa melaporkan jumlah kasus diare pada Mei 2021 adalah 50 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Badan amal medis itu mengatakan sedang berusaha meredakan krisis, tetapi sarananya terbatas.

"Kesehatan masyarakat terancam dan mereka tidak dapat bertahan hidup jika mereka bahkan tidak memiliki akses ke dasar-dasarnya,” kata Koordinator Lapangan MSF Benjamin Mutiso.

 

https://english.alarabiya.net/News/middle-east/2021/09/28/Water-crisis-in-Syria-spurs-spike-in-disease-MSF

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement