Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image wiladantika purnamasari

Lika-Liku Guru di Masa Pandemi

Guru Menulis | Thursday, 30 Sep 2021, 12:45 WIB
PTM Terbatas di SDIT Cahaya Bangsa

Pembelajaran di masa pandemi membuat adaptasi baru bagi guru, siswa dan orang tua wali murid. Penggunaan gawai yang beraneka ragam serta bermacam aplikasi diterapkan dalam sistem pembelajaran baru. Hal tersebut mengharuskan guru harus meningkatkan kemampuannya untuk menguasai perangkat-perangkat modern tersebut.

Kendala terjadi ketika guru senior yang gagap teknologi harus belajar lagi mengenai gawai-gawai modern beserta aplikasinya. Mereka sangat kewalahan dalam mengejar cepatnya arus kemajuan teknologi. Tetapi kenyataan harus mereka hadapi karena masa pandemi. Berbagai pelatihan digelar baik oleh dinas pendidikan, dinas kota, yayasan, sekolah sampai kelompok kerja guru. Guru-guru senior yang gagap teknologi sampai harus mengulangi materi yang sudah diberikan pada saat pelatihan sampai malam dan tetap berusaha untuk menguasainya. Tidak lupa anak-anak mereka yang sudah lebih paham tentang teknologi ikut pula mengajari mereka. Hari demi hari, bulan demi bulan mereka menerapkan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) sampai mereka hafal dan fasih dalam mengoperasikan teknologi yang baru bagi mereka. Mereka sampai rela untuk mengganti gawai mereka dengan yang lebih mumpuni. Karena sebelumnya merupakan ponsel jadul yang hanya bisa digunakan untuk telepon dan mengirim pesan.

Kendala mereka tidak hanya sampai disitu. Pembelajaran melalui daring banyak sekali kendala dan sisi negatif yang tercipta, sehingga banyak wali murid yang mengirim kritikan dan protes kepada guru melalui whatsapp atau telepon. Hal tersebut membuat kepala seorang guru serasa mau pecah dan hati yang tersakiti akibat ucapan-ucapan yang dikirimkan terkadang amat menyakitkan. Jadi gawai yang semula dimaksudkan untuk mempermudah pembelajaran daring tetapi juga menjadi pisau bermata dua, yaitu membuat semua kritikan dan protes masuk dengan mudahnya ke media sosial atau pesan whatsapp.

Kerja guru tidak hanya dari jam 07.00-14.00 saja tetapi hampir 24 jam mereka bekerja. Karena semua siswa yang harus belajar daring tidak bisa bertatap muka dengan guru, maka mereka akan mengirimkan tugas berupa foto, video, rekaman, atau panggilan langsung kepada guru. Sehingga kapanpun guru harus siap untuk menerima panggilan siswa. Apalagi di masa pandemi banyak siswa yang tidak paham dengan penjelasan melalui daring karena berbagai kendala. Ada kendala jaringan internet yang tidak stabil, suara tidak jelas karena guru tidak mempunyai micro mic dan sebagainya.

Saat ini pembelajaran sudah berlangsung secara tatap muka atau lebih dikenal dengan PTM (Pembelajaran Tatap Muka). Sistemnya siswa yang masuk dalam kelas adalah setengah dari jumlah siswa yang ada. Sedangkan yang setengahnya lagi tetap melakukan pembelajaran daring. Hal ini juga menjadi polemic baru dalam dunia mengajar guru. Karena guru dituntut untuk melakukan pembelajaran blended learning. Pembelajaran dimana seorang guru tetap mengajar konvensional digabung dengan pembelajaran daring. Persiapan perangkat gawai seperti laptop, micro mic, kamera, LCD dan lain sebagainya cukup menyita waktu. Terlebih jika jaringan tidak stabil, hal tersebut semakin membuat waktu terbuang dan konsentrasi guru menjadi buyar ketika mengajar.

Beruntung bagi sekolah yang menyediakan perangkat lengkap untuk guru-gurunya mengajar. Maka akan menjadi PR besar bagi sekolah-sekolah yang belum bisa memenuhi perangkat elektronik untuk melakukan blended learning. Kesulitan akan sangat dirasakan guru dan siswa dalam menyampaikan pelajaran. Maka gurupun terpaksa untuk mengaluarkan budget lebih untuk membeli perangkat-perangkat yang dibutuhkan. Dalam teknik pelaksanaannya sendiri blended learning membuat konsentrasi guru terpecah. Yaitu konsentrasi pada siswa yang ada di hadapannya dan pada siswa yang melakukan daring.

PTM memang sesuatu yang dinanti-nanti banyak pihak, baik itu guru, siswa, maupun orang tua. Tetapi pada pengaplikasiannya PTM dengan terbatas juga membatasi waktu untuk belajar di sekolah. Sehingga guru harus lebih kreatif dalam menyusun rencana pembelajaran agar anak tetap memahami materi walaupun dengan pertemuan yang singkat.

Kecerdasan anak didik menjadi tujuan utama para guru Indonesia. Tujuan tersebut ditempuh dengan berbagai cara dan pengorbanan. Maka dari itu kegigihan para guru dalam berkomitmen demi mencerdaskan anak bangsa patut kita apresiasi setinggi-tingginya. #GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image