Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jurtawani

Akankah Pendidikan Karakter Tergerus di Tengah Pandemi Covid-19

Guru Menulis | Thursday, 30 Sep 2021, 22:02 WIB
Salat duha bersama sebelum pelajaran dimulai di MIN 6 Banda Aceh

Terhitung sejak Maret 2020, hingga sekarang proses belajar siswa tidak menentu arah antara tatap muka dan belajar jarak jauh. Ketika Covid-19 menduduki level puncak atau suatu daerah dikatakan zona merah maka siswa diwajibkan belajar di rumah untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 di lingkungan sekolah. Sebaliknya, ketika daerah tersebut sudah dinyatakan zona kuning siswa diizinkan belajar tatap muka, tetapi dengan mematuhi berbagai syarat. Di antaranya belajar sistem sif, tetap menjalankan protokol kesehatan, dan berbagai peraturan lainnya yang telah disepakati antarsatuan pendidikan dengan orang tua siswa.

Lantas, jika pembelajaran demikian yang lebih dominan belajar jarak jauh dibandingkan dengan tatap muka, bagaimana nasib dunia pendidikan selanjutnya? Ketika siswa belajar di rumah, interaksi dengan guru sangat terbatas, hanya lewat dunia maya. Ketika itulah, siswa lebih banyak belajar didampingi orang tua.

Secara akademis, siswa masih bisa menerima pelajaran dengan mengunduh materi yang diberikan guru. Namun, bagaimana dengan pendidikan karakter ketika pandemi? Membaikkah karena siswa berada di lingkungan keluarga? Atau justru sebaliknya. Inilah potret dunia pendidikan di masa pandemi yang harus diperhatikan.

Siswa adalah tongkat estafet masa depan. Mereka nantinya yang akan mengembankan tampuk pimpinan di segala instansi pemerintahan. Jika sekarang pendidikan karakter terabaikan, siap-siap di masa yang akan datang siswa sebagai generasi penerus bangsa akan kehilangan nilai-nilai karakter yang kita harapkan.

Selama ini sekolah menjadi salah satu institusi pendidikan yang bertanggung jawab terhadap pengetahuan akademik dan pembentukan karakter siswa. Namun, ketika pandemi menguasai dunia, sektor pendidikan ikut terkena imbasnya. Salah satunya pendidikan karakter menjadi kecemasan bersama.

Perlu ditilik bersama, pembelajaran jarak jauh selama ini yang mengharuskan para siswa lebih dekat dengan gadget sangat memengaruhi karakter siswa. Siswa kehilangan role model yang selama ini digugu dan ditiru serta menjadi panutan ketika mereka belajar. Penggunaan gadget sebagai media belajar tidak menjamin siswa terbebas dari konten-konten negatif yang seharusnya tidak terakses oleh siswa. Jaminan keamanan belajar dari internet sangatlah minim.

Kunci dari keberhasilan pendidikan karakter adalah seorang guru. Guru mengajarkan pendidikan karakter beriringan dengan proses pembelajaran, guru menerapkan nilai karakter itu disela-sela pembelajaran. Misalnya, guru menanamkan kebiasaan baik sebelum memulai pelajaran. Salat duha bersama di sekolah dan berdoa sebelum belajar adalah pendidikan karakter yang tertanam di sela pembelajaran.

Guru menanamkan kejujuran ketika ujian berlangsung, bahwa menyontek hasil teman atau melihat catatan adalah perbuatan tercela. Secara tidak sengaja, siswa akan terbiasa dengan karakter baik yang ditanamkan gurunya. Ketika seorang guru mampu menunjukkan sikap dan perilaku dalam kesehariannya yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama dan norma yang berlaku, disitu pula akan melahirkan peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia.

Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 3 Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan dari Undang-Undang tersebut jelas menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan tidak hanya mengedepankan peserta didik cerdas secara intelektual, tetapi generasi yang bermoral dan berakhlak mulia sesuai dengan norma dan ajaran agama adalah hal yang paling utama. Jangan sampai kondisi pandemik yang belum tahu kapan akan berakhir menyebabkan persoalan moralitas peserta didik terus menjadi bumerang di dunia pendidikan.

Sebelum pandemik saja, krisis moralitas peserta didik terjadi di berbagai jenjang pendidikan. Kisah yang memalukan dunia pendidikan jangan sampai terus meningkat ketika belajar di rumahkan. Sudah saatnya pendidikan karakter menjadi prioritas utama dalam kondisi pandemik menerpa. Sungguh disayangkan jika belajar dari rumah hanya memprioritaskan transfer pengetahuan tanpa memperhatikan perkembangan nilai-nilai karakter siswa.

Sejatinya, seluruh pemangku pendidikan lebih bersinergi menanamkan pendidikan karakter bagi anak-anak generasi penerus bangsa, agar siswa yang belajar di masa pandemik tidak kehilangan arah ketika bukan guru yang menjadi panutan belajarnya.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image