Jumat 01 Oct 2021 14:06 WIB

Kemenkeu Proyeksi Defisit 2021 di Bawah 5,7 Persen

Saat ini defisit APBN terhadap produk domestik bruto sebesar 5,1 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) berada di bawah target 5,7 persen pada akhir 2021.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) berada di bawah target 5,7 persen pada akhir 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) berada di bawah target 5,7 persen pada akhir 2021. Saat ini defisit APBN terhadap produk domestik bruto sebesar 5,1 persen.

Kepala BKF Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan jika kondisi ekonomi menunjukkan tren pemulihan sampai akhir tahun ini, maka defisit APBN tidak mencapai 5,7 persen.

“Defisit fiskal kita ada posisi yang baik dengan minus 5,1 persen. Kita bisa menjaga ini dalam kondisi yang aman dengan perkembangan terkini, memang nampaknya realisasi defisit tahun ini bisa lebih rendah dari target,” ujarnya saat webinar bertajuk Arah Pemulihan Ekonomi 2021 dan Isu Fiskal Terkini, Jumat (1/10).

Menurutnya salah satu perkembangan yang akan mendorong defisit anggaran lebih kecil dari target yakni pendapatan negara tumbuh 13,9 persen pada Agustus 2021, sehingga dapat menyeimbangkan realisasi belanja negara. Sejak Januari-Agustus 2021, pendapatan negara sebesar Rp 1.177,6 triliun, sedangkan belanja negara sebesar Rp 1.560,8 triliun, dengan begitu defisit anggaran sebesar Rp 383,2 triliun atau 2,32 persen dari PDB.

"Realisasi defisit yang rendah ini akan terus kami pertahankan dalam tiga bulan ke depan," ucapnya.

Febri mengklaim defisit anggaran yang dialami Indonesia lebih baik ketimbang berbagai negara lain. Tak sedikit negara yang melakukan pelebaran defisit anggaran hingga dua digit seperti Malaysia dan Singapura. 

"Di beberapa negara defisitnya sangat-sangat jauh lebih dalam, ada yang sampai double digit," katanya.

Menurutnya defisit APBN akan perlahan menurun ke level 4,85 persen pada 2022, sebagai persiapan konsolidasi fiskal dapat kembali ke kondisi defisit level tiga persen pada 2023, atau tepatnya tiga tahun setelah defisit mulai dilebarkan sejak 2020.

Maka itu, dia menekankan pemerintah berupaya mendisiplinkan fiskal agar bisa kembali ke level defisit tiga persen PDB, sehingga investor domestik maupun dunia bisa melihat kredibilitas Indonesia.

Dari indeks defisit anggaran tidak terlalu besar dengan penanganan varian delta hanya dalam waktu dua bulan. Pada 2020, defisit anggaran sebesar 6,1 persen sedangkan tahun depan direncanakan level 4,85 persen.

"Jadi saya ingin katakan Indonesia dalam kondisi mampu dan fiskal kita kuat dari beberapa negara," kata dia.

Selain itu, menurutnya, konsolidasi fiskal juga akan membuat rasio utang domestik tidak akan meningkat lebih lanjut, serta membuat ekonomi lebih baik dan stabil.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement