Sabtu 02 Oct 2021 05:12 WIB

Dirjen WHO Ditekan Segera Tanggapi Laporan Pelecehan Seksual

Investigasi menyebut ada pelecehan seksual di Kongo oleh pegawai WHO selama epidemi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, Senin, 27 September 2021.
Foto: AP/Denis Balibouse/Reuters Pool
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, Senin, 27 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  Tedros Adhanom Ghebreyesus ditekan segera bertindak dalam menanggapi laporan pelecehan seksual yang melibatkan lembaganya di Republik Demokrasi Kongo. Seorang diplomat negara Barat mengatakan tekanan ini dipimpin Amerika Serikat (AS).

Penyelidikan komisi independen menemukan lebih dari 80 orang pegawai organisasi kemanusian terlibat eksploitasi dan pelecehan seksual selama epidemi Ebola di Kongo. Seperempat pelaku bekerja untuk WHO.

Baca Juga

Penyelidikan tersebut digelar untuk menanggapi hasil investigasi Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian. Investigasi menemukan lebih dari 50 perempuan menuduh pegawai organisasi kemanusiaan dari WHO dan lembaga lain meminta imbalan seks untuk ditukar dengan pekerjaan.

Laporan komisi independen sempat tertunda karena munculnya tuduhan-tuduhan baru dan meluasnya penyelidikan. Laporan itu dirilis satu pekan setelah periode pendaftaran pencalonan direktur jenderal WHO yang baru berakhir.

Beberapa diplomat Barat mengatakan AS mendorong agar pendonor besar WHO mengeluarkan pernyataan bersama mengenai harapan mereka dan mendesak WHO dan Tedros mengambil tindakan. Para diplomat menambahkan proses pembicaraan sedang berlangsung.

"AS adalah pemimpinnya," kata seorang diplomat, Jumat (1/10).

Tedros mendapat dukungan luas untuk kembali menjabat di periode kedua sebagai Direktur Jenderal WHO. Ia dicalonkan 17 negara anggota Uni Eropa termasuk pendonor besar yakni Jerman dan Prancis. Ia juga didukung beberapa kawasan. Para diplomat mengatakan AS juga mendukung Tedros.

Negara asalnya yakni Ethiopia tidak mendukung pencalonannya kembali karena konflik Tigray sehingga Eropa yang resmi mencalonkannya. Para diplomat Barat mengatakan ia diperkirakan akan terpilih kembali meski muncul skandal pelecahan seksual di Kongo.

Berdasarkan peraturan WHO, dukungan pemilik hak suara tetap tertutup hingga 29 Oktober. Artinya masih ada kemungkinan negara yang mendukungnya mengajukan calon lain untuk pemilihan pada Mei mendatang.

Para diplomat Barat menyuarakan kekhawatiran mengenai 'kegagalan manajemen' WHO selama kekerasan seksual di Kongo. Manajer menengah dikritik tapi eselon atas seperti Tedros tidak tersentuh.

"Laporan ini sangat buruk, tapi tampaknya bahkan namanya dia dan manajemen senior tidak disebut. Tedros harus mengambil perannya dan menunjukkan kepemimpinan dan ambil aksi secepat mungkin," kata seorang diplomat.

"Ini bacaan yang menyedihkan, seperti mundur ke masa yang berbeda. Saya tidak punya alasan meragukan komitmen Tedros untuk menghadapinya," kata diplomat yang lain.

Prancis sudah membuat pernyataan mendesak Tedros untuk melaksanakan komitmennya dengan mengajukan rencana aksi memenuhi rekomendasi penyelidikan dalam 10 hari ke depan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement