Ahad 03 Oct 2021 16:34 WIB

Aljazair Panggil Dubesnya untuk Prancis

Aljazair memanggil duta besarnya untuk Prancis atas isu pernyataan kontroversial

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Menara Eiffel tampak dari Jardin du Trocadero, Paris, Prancis. Aljazair memanggil duta besarnya untuk Prancis atas isu pernyataan kontroversial. Ilustrasi.
Foto: EPA
Menara Eiffel tampak dari Jardin du Trocadero, Paris, Prancis. Aljazair memanggil duta besarnya untuk Prancis atas isu pernyataan kontroversial. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR - Aljazair memanggil duta besarnya untuk Prancis untuk berkonsultasi setelah pejabat tersebut mengeluarkan pernyataan "tak bertanggung jawab" terkait Presiden Prancis Emmanuel Macron. Demikian dinyatakan kantor presiden Aljazair, Sabtu (2/10).

"Menyusul komentar dari sejumlah sumber menyangkut Macron, Aljazair menyatakan mutlak menolak campur tangan yang tak dapat diterima menyangkut urusan dalam negeri," bunyi pernyataan kantor presiden.

Baca Juga

"Dihadapkan dengan situasi yang sangat tidak dapat diterima akibat pernyataan-pernyataan tak bertanggung jawab ini, Presiden Abdelmadjid Tebboune memutuskan untuk segera memanggil duta besar tersebut," kata kantor itu.

Menurut kantor presiden, pernyataan-pernyataan yang belum disanggah oleh otoritas Prancis itu, menyakiti syuhada Aljazair yang memperjuangkan kemerdekaan dari Prancis. "Pernyataan-pernyataan itu merupakan serangan yang tak bisa diterima terhadap kenangan pada para syahid," katanya.

Pada Kamis (30/9), pemerintah mengatakan telah memanggil duta besar Prancis untuk Aljazair setelah Paris memutuskan untuk mengurangi jumlah visa yang mereka keluarkan bagi warga negara Aljazair dan negara-negara lainnya di kawasan Maghreb di Afrika Utara.

Kementerian Luar Negeri Aljazair menggambarkan pemanggilan tersebut sebagai keputusan sepihak dari pemerintah Prancis. Prancis menyebut pengurangan jumlah visa sebagai respons atas penolakan pemerintah negara-negara Maghreb untuk menerima kembali para migran ilegal yang dideportasi oleh Paris.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement