Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sewelas11 wae

Guru Zona 'Aman' Vs Guru Zona 'Bahaya'

Guru Menulis | Monday, 04 Oct 2021, 09:00 WIB
Guru Daring di Area Bermain Sekolah Foto/ Dokumen Pribadi

Guru Zona ‘Aman’ Vs Guru Zona ‘Bahaya’

Dunia pendidikan termasuk salah satu sendi kehidupan yang terkena dampak langsung dari hadirnya pandemi ini. Tatap muka di sekolah diganti dengan daring dari rumah. Guru dan murid untuk sementara berpisah secara fisik tapi bertemu lewat jalan virtual. Guru yang biasa berada di zona ‘aman’ kini harus berada pada zona ‘bahaya’.

Zona ‘aman’ disini maksudnya adalah bahwa sebelum adanya pandemi banyak guru terlena dan terbiasa mengajar murid di kelas dengan cara yang biasa dan itu-itu saja, dari awal mengajar sampai datangnya wabah corona tanpa perencanaan dan persiapan yang baik dan matang, serta tanpa ada kreativitas dan inovasi.

Mengajar dengan asal-asalan tanpa memperdulikan akan hasil dari ia mengajar. Serta guru tersebut tidak mau tahu dengan kemampuan tiap murid-muridnya. Guru tersebut hanya ingin menggugurkan kewajiban mengajar saja. Ia tidak mau tahu apakah materi yang disampaikan atau diajarkan dapat dipahami dan dimengerti oleh anak didiknya. Acuh tak acuh dengan hasil yang didapat oleh murid-muridnya.

Guru zona ‘aman’ sudah merasa bahwa ia menjadi guru sudah lama dan berpengalaman sehingga tidak perlu untuk upgrade diri. Sehingga yang terjadi adalah ia merasa sombong dan selalu merendahkan kemampuan dari teman-temannya sesama guru.

Guru tersebut merasa bahwa kompetensinya sebagai guru sudah mumpuni, tidak perlu lagi untuk belajar terhadap hal-hal yang baru seperti mengenal dan dapat mengoperasikan aplikasi-aplikasi, platform, dan teknologi informasi terkini. Ia merasa aman dan nyaman dengan posisinya sebagai guru pada saat ini.

Ia berada pada zona aman. Ia tidak mau mengevaluasi, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan kompetensinya sebagai seorang guru yang hidup pada zaman yang serba canggih seperti saat ini. Berada di zona ‘aman’ yang membuat ia statis dan tak mau berubah. Padahal tugas utama dari seorang guru menurut UU no.14 tahun 2005 ialah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Berbeda dengan guru yang berada pada zona “bahaya”. Artinya adalah bahwa sejak hadirnya wabah corona yang mengharuskan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan daring, maka guru pun harus mengenal dan menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran daring seperti google drive, zoom, video call, dan lain sebagainya.

Pemakaian aplikasi-aplikasi di atas menuntut guru untuk bisa mengoperasikan teknologi terkini lewat laptop, komputer maupun smartphone. Teknologi informasi yang terkini banyak yang membutuhkan perhatian khusus, yaitu waktu dan ketrampilan dari seorang guru agar dapat memahami dan memakainya untuk menunjang dan memperlancar pembelajaran daring. Tidak bisa hanya dipandang sebelah mata dan angin lalu saja. Guru harus benar-benar serius untuk dapat menguasai semua aplikasi dan teknologi informasi yang terkini dengan tujuan agar pembelajaran daring dapat berhasil dan maksimal.

Guru yang bertipe tersebut biasanya selalu ingin meningkatkan diri dan kompetensinya sebagai seorang guru, kapan dan dimana saja ia berada. Hatinya selalu terpaut dengan murid sehingga ia selalu mempunyai keinginan agar murid-muridnya dapat terampil dalam penggunaan teknologi terkini yang berguna pada saat pembelajaran daring saat ini.

Ia menyadari bahwa sebagai seorang guru itu amanah dari dari Tuhan yang harus benar-benar dijaga dan dijalankan dengan benar dan sungguh-sungguh. Guru ini menyadari akan arti seorang guru. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) berpendapat bahwa guru ialah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya mampu berdiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

Akan tetapi anehnya banyak guru dari teman terdekat yang tidak suka dengan guru yang mempunyai tipe tersebut. Ia selalu dijadikan omongan dan bahan gunjingan. Mereka memberi cap bahwa guru tersebut ‘bahaya’ dikarenakan bisa menggeser guru-guru yang sudah lama yang berada pada zona ‘aman dan nyaman’. Mereka tidak suka dengan kehadiran guru yang bisa dan biasa mengoperasikan teknologi informasi yang terbaru dan terkini tersebut.

#LombaMenulisOpini #GuruHebatBangsaKuat #GuruZonaAmanVsGuruZonaBahaya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image