Selasa 05 Oct 2021 20:42 WIB

Kaum Muslim Diminta Rayakan Maulid Nabi dengan Taati Prokes

Rayakan Maulid dengan taati prokes dan jangan stres di masa pandemi.

Rep: Fauziah Mursyid,/ Red: Muhammad Subarkah
Perayaan Maulid dalam situasi pandemi Covid 19, (ilustrasi)
Foto: PABU
Perayaan Maulid dalam situasi pandemi Covid 19, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan waspada terhadap penularan Covid-19. Hal ini disampaikan Wiku jelang peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 19 Oktober mendatang

Sebab, peringatan Maulid Nabi di Tanah Air seringkali diwarnai dengan berbagai kegiatan di masyarakat. "Mengingat Indonesia yang saat ini sedang dalam kondisi kasus yang cukup terkendali, sudah sepatutnya kita mempertahankannya dengan tidak terlena dan tetap berhati-hati," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Selasa (5/10)

Wiku juga meminta pemerintah daerah melakukan pengawasan kegiatan di masyarakat. Salah satunya, pemerintah daerah perlu melakukan sosialisasi agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan di tiap kegiatannya.

"Mohon kepada pemerintah daerah melakukan pengawasan kegiatan masyarakat dengan membantu sosialisasi yang jelas di daerah masing-masing, khususnya rincian protokol kesehatan yang harus dijalankan untuk meminimalisir peluang penularan sebesar-besarnya," ungkapnya.

Berhati-hati Berkegiatan Dalam Masa Pandemi

Pada sisi lain, perubahan gaya hidup akibat pandemi Covid-19 memang dialami oleh banyak orang. Ada yang bisa beradaptasi dengan cepat, ada pula yang tidak. Menurut psikolog Kasandra Putranto, perubahan gaya hidup semenjak pandemi berdampak kepada asupan makanan, jam tidur dan aktivitas fisik.

Tidak adanya batasan antara jam kerja dengan waktu personal membuat banyak orang semakin sulit untuk memiliki gaya hidup yang sehat seperti pada kondisi sebelum pandemi. Aktivitas fisik pun menjadi terbatas karena seluruh kegiatan dilakukan di dalam rumah. 

“Akibatnya pada kondisi psikis adalah berkurangnya kontak sosial yang mengakibatkan munculnya perasaan terisolasi, ketakutan akan menyebarnya virus sehingga berdampak pada kesejahteraan, serta meningkatkan resiko gejala psikologis seperti stres, cemas, dan depresi,” tulis Kasandra kepada Republika.

Tak sedikit dari kita mengalami gejala psikologis itu. Merasa terjebak hingga stres, lalu cemas, dan mungkin depresi menjadi hal yang mungkin saja bisa dialami oleh siapa saja. 

Menurut Kasandra, penyebab stress, cepat marah, dan gampang lelah saat pandemi disebabkan karena munculnya perasaan takut, khawatir, dan memikirkan kondisi diri dan orang-orang yang disayangi semasa pandemi.

“Maraknya berita seputar Covid-19 juga berpengaruh terhadap kondisi psikis karena dapat menimbulkan rasa cemas dan distress terhadap situasi pandemi,” jelas dia.

Kasandra pun menjelaskan beberapa hal yang harus diperbuat jika mengalami hal-hal yang membuat stress dan membuat kita stuck.

"Maka penting bagi kita untuk mulai merawat diri sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan cara seperti memberikan waktu istirahat sejenak, makan makanan sehat, tidur yang cukup, atau melakukan olahraga,'' katanya.

“Sebaiknya kita juga membatasi akses terhadap sosial media/media/informasi yang dapat menimbulkan stres. Kita juga bisa melakukan aktivitas lain yang menyenangkan untuk mengalihkan stres yang dirasakan,” lanjut Kasandra lagi.

Dalam kondisi stres, kita bisa mencari teman untuk berbagi rasa dan bercerita. Kita bisa menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dihadapi.

Kasandra juga menekankan, jika kita merasa stres terus berlanjut, segera mencari bantuan profesional: psikolog/psikiater

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement