Rabu 06 Oct 2021 10:20 WIB

ICAEW: Imunitas Covid-19 Rendah Bebani Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi di sejumlah negara, termasuk Indonesia diperkirakan kontraksi pada kuartal 3.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menyelesaikan pembangunan Pasar Senen Jaya di Jakarta, Senin (16/8). Ekonomi beberapa negara, termasuk Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga tahun ini.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja menyelesaikan pembangunan Pasar Senen Jaya di Jakarta, Senin (16/8). Ekonomi beberapa negara, termasuk Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Global Economic Forecast Report dari ICAEW dan Oxford Economics menyebut prospek pertumbuhan ekonomi Kawasan Asia Tenggara pada tahun 2022 lebih positif. Meski penyebaran varian Delta COVID-19 yang sangat menular telah membayangi dan memperlambat pemulihan ekonomi kawasan Asia Tenggara (SEA) tahun ini, terutama untuk negara-negara dengan tingkat imunitas terhadap Covid-19 yang rendah. Ekonomi beberapa negara, termasuk Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga tahun ini.

Chief Economist and Managing Director at Oxford Economics Middle East, Scott Livermore mengatakan ekonomi di Asia Tenggara memiliki imunitas terhadap Covid-19 yang rendah. Hal ini membuat mereka rentan dengan varian delta yang akan membuat beberapa negara menerapkan pembatasan yang lebih ketat untuk mencegahnya menyebar lebih jauh.

"Perkembangan baru pada negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam kemungkinan akan membebani aktivitas perekonomian mereka di kuartal IV 2021 sampai COVID-19 dapat lebih terkendali di negara masing-masing," katanya.

The Global Economic Forecast Report memperkirakan bahwa negara yang memiliki tingkat imunitas rendah terhadap COVID-19 akan menghadapi risiko yang lebih besar kedepannya. Hal ini dikarenakan munculnya varian Delta yang memicu lonjakan baru dalam kasus Covid-19.

 

"Sehingga negara-negara dengan peluncuran vaksinasi yang lebih lambat dan terkena gangguan rantai pasok global menjadi lebih rentan terhadap dampaknya," katanya tertulis dalam laporan.

Negara-negara Asia Tenggara mengalami tingkat keberhasilan yang berbeda dalam menahan varian Delta. Ini karena tingkat vaksinasi dan pembatasan jarak sosial juga berbeda-beda.

Gelombang infeksi yang signifikan di Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand pada kuartal kedua membuat negara-negara tersebut menghadapi perlambatan pemulihan di tahun 2021. Tetapi, mereka akan melihat peningkatan yang signifikan pada tahun 2022, setelah tingkat vaksinasi lebih tinggi dan //lockdown// dicabut.

Ekonomi yang sangat berorientasi pada ekspor seperti Vietnam akan tetap bergantung pada pemulihan sektor manufaktur. Meskipun demikian, PDB Vietnam diproyeksikan tumbuh sebesar 5,4 persen pada 2021, direvisi turun dari 7,6 persen dalam laporan terakhir ICAEW.

Pada 2022, pertumbuhan Vietnam diproyeksi meningkat menjadi 7,5 persen. Peningkatan pertumbuhan akan didorong oleh pelonggaran pembatasan dan pemulihan industri yang diprediksi akan menguat sekitar pertengahan 2022.

Sementara itu, Singapura, Hong Kong, dan China juga mencatat kasus yang jauh lebih rendah. Meskipun demikian, ada beberapa dampak yang terasa dari varian Delta yang mengakibatkan diberlakukannya pembatasan yang lebih ketat pada kuartal ketiga tahun ini.

"Prospek untuk tahun 2022 di ekonomi negara-negara ini tergolong kuat, karena tingkat vaksinasi yang tinggi dan keberhasilan kebijakan pembatasan wilayah yang telah ditargetkan," katanya.

Managing Director International ICAEW, Mark Billington mengatakan Varian Delta Covid-19 telah menunda proses pemulihan bagi sebagian besar ekonomi Asia Tenggara. Kenyataan hidup dengan Covid-19 sebagai endemik juga terbukti lebih rumit dari yang dibayangkan.

Pemerintah tidak hanya harus menerapkan pembatasan dan tindakan yang tepat untuk menahan laju penyebaran varian baru. Tetapi mereka juga perlu mempercepat peluncuran vaksinasi mereka untuk mencapai imunitas terhadap virus, untuk meningkatkan prospek pertumbuhan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement