Jumat 08 Oct 2021 06:42 WIB

Kepercayaan Urang Banjar Terhadap Pembalasan Saat Haji

Urang Banjar percaya soal pembalasan saat haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Kepercayaan <em>Urang Banjar</em> Terhadap Pembalasan Saat Haji. Foto: Sejumlah jamaah calon haji asal Hulu Sungai Selatan dan Banjarmasin berjalan memasuki pesawat saat keberangkatan kloter pertama di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (9/7/2019).
Foto: Antara/Bayu Pratama
Kepercayaan Urang Banjar Terhadap Pembalasan Saat Haji. Foto: Sejumlah jamaah calon haji asal Hulu Sungai Selatan dan Banjarmasin berjalan memasuki pesawat saat keberangkatan kloter pertama di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (9/7/2019).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Indonesia memiliki ragam budaya dalam menyikapi ritual ibadah, termasuk ibadah haji. Misalnya Urang Banjar di mana masyarakat ini memiliki kepercaya antara karma dengan ibadah haji.

"Salah satu kepercayaan Urang Banjar yang sangat melekat dalam berhaji adalah karma," tulis, Dr. Irfan Noor, M.Hum, Prof. Raihani, M.Ed., Ph.D, Muhammad Iqbal, M.Hum dalam judul buku Urang Banjar Naik Haji: Teks, Tradisi, dan Pendidikan Nilai Kalangan Haji Banjar.

Baca Juga

Dituliskan, bahwa pada umumnya para jamaah haji Banjar yang mendapatkan kesialan di tanah suci, seperti tersesat, dipukul orang yang tidak dikenal, selalu mendapatkan kesulitan atau lainnya, sering dipercaya sebagai karma atas perbuatan atau kebiasaan buruknya di tanah air. Kesucian tanah haram menjadi dasar kepercayaan bagi para jamaah haji meyakini bahwa segala perbuatan buruk akan secara “kontan” terbalaskan atau mendapatkan ganjaran di sana.

"Karena itu, sudah menjadi kebiasaan, para jamaah calon haji Banjar diminta untuk melaksanakan taubat dan bermaaf-maafan dengan kerabatnya agar terhindar dari karma itu," katanya.

Bahkan sesampai di tanah suci, para jamaah haji selalu diingatkan untuk sabar, menahan diri, dan menjaga sikap dan perkataan untuk terhindar dari karma tersebut. Saking percayanya para jamaah haji atas karma ini, maka cerita tentang karma menjadi cerita yang selalu rutin dituturkan ketika tiba di tanah air. 

Selain karma, kata mereka, jamaah haji Banjar juga sangat percaya akan berbagai keajaiban yang terjadi di tanah suci. Kepercayaan atas keajaiban ini juga sebanding dengan kepercayaan atas karma karena keduanya dianggap sebagai ganjaran kontak atas perbuatan seseorang di tanah suci. 

"Jika karma merupakan ganjaran buruk atas perbuatan buruk, maka keajaiban merupakan ganjaran baik atas perbuatan baik," katanya.

Penjelasan otoritas haji Indonesia

Pada musim haji 2019 lalu, Ihram pernah menayangkan artikel berjudul Menguak Rumor Haji Ajang Pembalasan Dosa. Artikel ini merupakan klarifikasi dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) soal rumor haji sebagai ajang pembalasan.

Saat itu, Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi Daker Makkah, KH Masrur Ainun Najih mengatakan,  pandangan soal tanah suci Makkah dan Madinah sebagai tempat pembalasan tidak benar. "Tidak benar karena di tanah suci Makkah dan Madinah justru hamba  ALlah diberikan ganjaran pahala yang istimewa," kata Kiai Masrur di Makkah.

Menurut Kiai Masrur, jelas sekali Nabi Muhammad bersabda bahwa sholat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari sholat di tempat lain 1000 kali. "Kecuali di Makkah, kalau sholat di Makkah ganjarannya 100 ribu kali dibanding tempat lain," kata Kiai Masrur.

Menurut Kiai Masrur, dalil ini jelas sekali bahwa di kedua tempat suci ini hamba Allah dimuliakan. Makanya, jamaah haji ini disebut tamu-tamu yang mulia. "Jadi anggapan haji tempat pembalasan itu tidak benar," kata Kiai Masrur yang pernah aktif di kepengurusan PBNU itu.

Menurutnya, jika terjadi sejumlah kasus pada jamaah seperti sakit, tak bisa kembali ke hotel, hilang, atau tersesat, maka hal ini dikarenakan masalah orientasi. Karena, tak sedikit orang yang pergi haji belum pernah ke luar negeri.

"Jangankan keluar negeri, di Jakarta saja kadang masih suka tersesat," kata Kiai Masrur.

Menurut Kiai Masrur, masyarakat diharap tidak punya pikiran seperti itu. Apalagi, harus menakut-nakuti jamaah haji soal pemikiran ini.

"Tidak benar itu. Anggapan seperti itu tidak berdasarkan pengetahuan. Jamaah haji itu tamu Allah," kata Kiai Masrur.

Menurutnya, kalau masyarakat masih menebarkan pikiran seperti itu, bisa membuat orang takut naik haji. Selain itu, orang yang sedang naik haji bisa ketakutan keluar hotel hingga tak mau beribadah ke masjid.

Kiai Masrur menyebut rumor soal ini sudah berlangsung lama. Namun, dia tak tahu dari mana dan siapa yang menyebarkan rumor ini. Yang jelas, lanjut Kiai Masrur, rumor ini juga bisa dipengaruhi pendidikan seseorang. "Semakin berilmu maka akan semakin ilmiah dan tak akan mempercayai rumor ini," kata Kiai Masrur.

Namun, Kiai Masrur tetap mengingatkan bagi jamaah haji untuk selalu menjaga sikapnya selama berada di tanah suci. Sebagaimana layaknya seorang yang sedang bertamu, maka harus menjaga etika.

"Kalau kita beretika tuan rumahnya senang. Tapi kalau tidak yang punya rumah kesal," kata Kiai Masrur.

Sementara, Pengendali Teknis Bimbaingan Ibadah PPIH Arab Saudi, Prof Oman Fathurahman mengatakan, jamaah jangan ditakut-takuti dengan anggapan semacam itu. Menurut guru besar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah tersebut mengatakan, haji adalah ibadah yang menekankan spiritualitas.

"Jangan ditakut-takuti. Allah itu Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang," kata Oman.

Oman berharap jamaah haji memahami, bahwa jamaah datang ke Tanah Suci sebagai Tamu Allah. "Kita datang ke sini menjadi tamu Allah dan kita diridhoi oleh Allah," kata Oman.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement