Senin 11 Oct 2021 19:29 WIB

Sistem Keuangan Kolaps, Warga Afghanistan Melirik Kripto

Kripto menjadi penyelamat ketika bank di Afghanistan tutup.

 Sejumlah mata uang kripto di dunia, Bitcoin (bawah kanan), Ethereum (tengah), Ripple (kanan), dan Cardano (kiri).
Foto: EPA
Sejumlah mata uang kripto di dunia, Bitcoin (bawah kanan), Ethereum (tengah), Ripple (kanan), dan Cardano (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ketika Roya Mahboob mulai membayar gaji pekerjanya dengan bitcoin hampir 10 tahun lalu, tak pernah terpikir olehnya mata uang digital itu bisa menjadi tiket mereka keluar dari Afghanistan setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban pada Agustus lalu. Mahboob, perempuan pendiri lembaga nirlaba Digital Citizen Fund, mengajari ribuan gadis dan perempuan dewasa keterampilan komputer dasar di Herat dan Kabul.

Para perempuan itu juga menulis blog dan membuat video yang hasilnya dibayar dengan uang tunai. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki rekening bank lantaran dilarang atau karena tidak punya dokumen pelengkap.

Baca Juga

Mahboob lalu menggunakan sistem perantara keuangan informal Hawala untuk mengirim uang sebelum dia mengetahui adanya bitcoin. "Dulu tak pantas -atau aman- mengirim uang tunai ke orang lain, tapi uang digital belum dipakai secara luas, dan opsi-opsi seperti PayPal belum tersedia. Lalu kami mendengar tentang bitcoin," kata Mahboob, 34 tahun, kepada Thomson Reuters Foundation.

"(Bitcoin) mudah digunakan, lebih murah dan lebih aman dibanding opsi lain. Jadi, kami ajari gadis-gadis itu cara menggunakannya dan mulai membayar staf dan kontributor dengan mata uang itu, kami bilang ke mereka itu adalah investasi masa depan," kata dia.

 

Sekitar sepertiga dari hampir 16.000 gadis dan perempuan dewasa yang belajar komputer dasar di pusat-pusat pelatihan milik Mahboob juga mempelajari cara membuat akun dompet kripto dan menerima uang. Jika tertarik, mereka juga belajar jual-beli dan berinvestasi dalam bitcoin dan ethereum, mata uang digital populer lainnya.

Beberapa dari mereka meninggalkan Afghanistan usai kejatuhan Kabul pada 15 Agustus. "Sebagian di antaranya menggunakan dompet kripto untuk memindahkan uang keluar, membantu evakuasi keluarga mereka dan untuk menetap di negara baru," kata Mahboob.

Penggunaan uang kripto tumbuh pesat di seluruh dunia. El Salvador pada September menjadi negara pertama yang mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, meski ada kekhawatiran kebijakan itu membuat kaum miskin semakin terpinggirkan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement