Rabu 13 Oct 2021 11:27 WIB

Inggris Desak G7 Kerja Sama Atasi Kesulitan Rantai Pasok

IMF ingatkan kemacetan rantai pasok bisa menunda pemulihan dan memicu tekanan inflasi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Sebuah stasiun pengisian bahan bakar di London, 27 September 2021. Inggris mengalami kekurangan pasokan BBM. IMF ingatkan kemacetan rantai pasok bisa menunda pemulihan dan memicu tekanan inflasi.
Foto: EPA/Neil Hall
Sebuah stasiun pengisian bahan bakar di London, 27 September 2021. Inggris mengalami kekurangan pasokan BBM. IMF ingatkan kemacetan rantai pasok bisa menunda pemulihan dan memicu tekanan inflasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Menteri keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan pada Rabu (13/10) bahwa negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) harus bekerja sama lebih erat untuk mengatasi gangguan rantai pasokan yang telah menghambat pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. Sunak bertemu dengan menteri keuangan lainnya di Washington pekan ini di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

"Kerja sama global adalah kunci untuk mengatasi tantangan kita bersama saat kita keluar dari pandemi," katanya dalam sebuah pernyataan sebelum pertemuan.

Baca Juga

"Dari reformasi pajak global hingga rantai pasokan global, kita harus bekerja sama mencari solusi internasional untuk kepentingan warga negara kita di dalam negeri," jelasnya.

IMF memperingatkan pada Selasa (12/10/2021) bahwa kemacetan rantai pasokan, termasuk penundaan di pelabuhan dan kekurangan komponen utama seperti mikrocip yang digunakan dalam produksi mobil, menunda pemulihan dan memicu tekanan inflasi di seluruh dunia. Inggris sangat terpukul karena dampak tambahan dari hambatan perdagangan pasca-Brexit dan aturan imigrasi yang lebih ketat.

Banyak SPBU Inggris untuk sementara kehabisan bahan bakar bulan lalu. Lonjakan harga gas alam di Eropa telah menyebabkan kekurangan karbon dioksida yang digunakan untuk membuat pingsan hewan ternak sebelum disembelih. Sunak juga bermaksud mendorong negara-negara kaya lainnya untuk mengalihkan sebagian dari alokasi baru IMF senilai 650 miliar dolar AS dari mata uang internalnya ke negara-negara miskin guna meningkatkan perawatan kesehatan dan menanggapi perubahan iklim.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement