Rabu 13 Oct 2021 13:37 WIB

Warga Trappes, Prancis Pilih Kembali Wali Kota Muslim

Kota Trappes dengan populasi 32 ribu penduduk memiliki populasi Muslim yang besar

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Wali kota Trappes, Ali Rabeh
Foto: About Islam
Wali kota Trappes, Ali Rabeh

IHRAM.CO.ID, TRAPPES -- Politikus Muslim Prancis Ali Rabeh terpilih kembali sebagai wali kota  Trappes pada Ahad lalu. Kejadian tersebut menandai kemenangan simbolis melawan meningkatnya populisme sayap kanan di Prancis.

Di Twitter, Rabeh merayakan kemenangannya melawan sayap kanan Zemmourized yang mengacu pada Eric Zemmour, seorang polemis sayap kanan dan kemungkinan kandidat untuk pemilihan presiden mendatang. “Pemilihan ulang dari putaran pertama dengan setidaknya 57 persen suara. Sebagian partisipasi naik enam poin dibandingkan dengan tahun 2020, menghadapi Zemmourized. Sungguh suatu kebanggaan, terima kasih kepada warga Trappes," tulis Rabeh dalam cicitannya.

Dalam kemenangannya, Rabeh telah mengalahkan aliansi yang dipimpin oleh Othman Nasrou, seorang politikus sayap kanan Prancis-Maroko yang dibantu oleh mantan wali kota sayap kiri Trappes Guy Malandrin. "Malam ini, warga Trappes telah memilih kembali Ali Rabeh," kata Nasrou dalam siaran persnya yang dipublikasikan di Twitter.

Kemenangan Ali Rabeh dengan cepat disambut baik oleh beberapa pihak seperti tokoh pecinta lingkungan Julien Bayou dan pemimpin France Insoumise Jean Luc Melenchon. Delegasi Menteri untuk Kota dan berasal dari Trappes Nadia Hai memberi selamat kepada wali kota. "Setelah berbulan-bulan menghadapi ketegangan, penduduk akhirnya akan menemukan debat politik yang bermartabat dan ketenangan yang layak mereka dapatkan" kata Hai.

Dilansir About Islam, Rabu (13/10), kota Trappes dengan populasi 32 ribu penduduk terletak di departemen Yvelines, di pinggiran kota Paris. Trappes yang memiliki populasi Muslim yang besar, menjadi pusat kontroversi nasional pada Februari setelah Didier Lemaire, seorang guru filsafat menerbitkan sebuah surat terbuka yang mengecam radikalisasi kaum mudanya dan “Islamisasi” kota tersebut.

Wali Kota Rabeh saat itu menjadi perhatian nasional karena berbicara menentang Lemaire untuk mempertahankan kotanya. Baik Lemaire maupun Rabeh menerima ancaman pembunuhan dari para ekstremis dan ditempatkan di bawah perlindungan polisi.

“Saya tidak melihat Muslim atau Katolik. Saya melihat warga Prancis. Di sini, di Trappes, kami semua hidup bersama dan kami saling mencintai,” cicit Rabeh di puncak kontroversi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement