Sabtu 16 Oct 2021 19:53 WIB

Serangan di Masjid, Pemimpin Muslim Diminta Bertindak

Serangan terjadi untuk ketiga kalinya sepanjang bulan ini.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang korban luka ledakan bom saat shalat Jumat di Masjid Muslim Syiah, menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Kandahar, Afghanistan, 15 Oktober 2021.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Seorang korban luka ledakan bom saat shalat Jumat di Masjid Muslim Syiah, menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Kandahar, Afghanistan, 15 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Para pemimpin Muslim di seluruh dunia diminta bertindak untuk menghadapi serangan bom di masjid di Afghanistan. Serangan terjadi untuk ketiga kalinya sepanjang bulan ini.

Dalam sebuah pernyataan dari Chief Operating Officer Global Peace Mission (GPM) Malaysia di Kabul, Syahrir Azfar Saleh, mengatakan diperlukan tindakan untuk mencegah terulangnya insiden tragis ini. 

Baca Juga

Pengeboman dengan pola yang sama terjadi di masjid di Kandahar dengan lebih dari 23 orang tewas. Saleh mengatakan bahwa jika terlambat dalam mengambil tindakan, maka keadaan akan menjadi lebih buruk dan perang di Afghanistan tak akan pernah berakhir. 

"Lakukan sesuatu sebelum keadaan menjadi lebih buruk di mana kita akhirnya melihat perang yang tidak pernah berakhir di Afghanistan," ujar Saleh dałam pernyataan itu, dilansir Bernama, Sabtu (16/10). 

Insiden pertama terjadi pada 3 Oktober di Masjid Eid Gah di Ibu Kota Kabul. Sedikitnya lima orang tewas dalam serangan bom. Hanya lima hari kemudian, peristiwa serupa terjadi di sebuah masjid di Kunduz, ketika warga Afghanistan sedang melaksanakan ibadah sholat Jumat dań menewaskan lebih dari 80 orang.

GPM dalam pernyataan penyesalannya atas insiden bom di Kunduz telah mendesak semua pihak yang berkonflik untuk membawa perbedaan mereka ke meja perundingan, dan menghindari tindakan yang membahayakan keselamatan dan kehidupan masyarakat.

Namun, insiden terbaru setelah seminggu menggunakan modus operandi yang sama menyerukan para pemimpin negara-negara Islam untuk membantu meringankan tekanan di Afghanistan yang diciptakan oleh mereka yang mencoba mengambil keuntungan dari situasi rapuh di sana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement