Senin 18 Oct 2021 01:08 WIB

Mengenal Gaya Arsitektur Sub Sahara

Gaya arsitektur Sub Sahara memiliki ciri khas.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Masjid Agung Djenne di Mali. Masjid bersejarah ini terbuat dari lumpur.
Foto: Wikipedia
Masjid Agung Djenne di Mali. Masjid bersejarah ini terbuat dari lumpur.

IHRAM.CO.ID, KAIRO -- Afrika Sub-Sahara adalah rumah bagi sejumlah besar penganut agama, di sana terdapat keragaman yang luar biasa dalam ekspresi keagamaan. Bangunan ikonik yang melayani tujuan keagamaan ditemukan di seluruh benua, seperti Basilika Katedral Keluarga Kudus di Nairobi tengah atau Kuil Hare Krishna di Afrika Selatan.

Yang jelas adalah arsitektur yang menjadi tuan rumah pertemuan keagamaan merupakan bagian penting dari struktur perkotaan kota-kota Afrika Sub-Sahara. Dalam banyak kasus, struktur keagamaan bertentangan dengan arus, mengesampingkan atau mengubah model klasik demi pendekatan arsitektur yang unik.

Baca Juga

Hal ini dapat dicontohkan dengan baik dengan melihat tipologi masjid di Sub-Sahara Afrika. Arsitektur Islam memiliki asal-usulnya segera setelah agama itu terbentuk pada abad ke-7, karena fungsi keagamaan seperti adzan diberi ekspresi arsitektural dalam bentuk intervensi seperti Minaret.

Dilansir dari laman Archdaily, Ahad (17/10), hubungan yang kuat antara fungsi dan desain ini berarti bahwa di banyak tempat, masjid memiliki desain yang cukup standar, dipengaruhi oleh arsitektur Romawi, Bizantium, Persia, dan Mesopotamia.

Banyak masjid kontemporer di Afrika Sub-Sahara mengikuti model yang terlihat di Timur Tengah, namun kehadiran masjid yang menyimpang dari model tersebut memerlukan perluasan dari apa yang dimaksud dengan istilah 'Arsitektur Islam'.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement