Senin 18 Oct 2021 21:32 WIB

Malapetaka Warga Palestina Saat Memasuki Panen Zaitun

Ketika panen zaitun dimulai, pemukim Israel melakukan serangan ke petani Palestina

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Paramedis mengevakuasi seorang pria Palestina setelah bentrok dengan polisi perbatasan Israel ketika mencoba mencapai kebun zaitun untuk panen, di desa Burqa Tepi Barat, Timur Ramallah, Jumat, 16 Oktober 2020. Ketika panen zaitun dimulai, pemukim Israel melakukan serangan ke petani Palestina.
Foto: AP/Nasser Nasser
Paramedis mengevakuasi seorang pria Palestina setelah bentrok dengan polisi perbatasan Israel ketika mencoba mencapai kebun zaitun untuk panen, di desa Burqa Tepi Barat, Timur Ramallah, Jumat, 16 Oktober 2020. Ketika panen zaitun dimulai, pemukim Israel melakukan serangan ke petani Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Sepekan belakangan ketika panen zaitun dimulai, pemukim Israel melakukan serangan kekerasan terhadap desa-desa Palestina. Serangan tersebut meliputi pemukulan terhadap petani, perusakan pohon, hingga pencurian zaitun.

Daerah yang paling ditargetkan berada di Tepi Barat yang diduduki bagian utara. Itu termasuk di sekitar desa-desa di selatan kota Nablus dan Salfit.

Baca Juga

Pemantau lokal, Ghassan Daghlas, mengatakan pihaknya mencatat 58 serangan sejal awal musim, termasuk sembilan di desa Burin di selatan Nablus saja. "Ternyata ada peningkatan serangan. Kami 30 persen memasuki musim panen zaitun dan kami telah mengalami 58 serangan di utara (Tepi Barat)," kata Daghlas seperti dikutip laman Aljazirah, Senin (18/10).

Menurutnya, serangan itu direncanakan dan tidak spontan. Memanen zaitun adalah kegiatan ekonomi, keluarga, dan sosial utama bagi banyak warga Palestina.

Antara 80 ribu hingga 100 ribu keluarga bergantung pada buah zaitun dan minyak zaitun sebagai sumber pendapatan primer atau sekunder. Serangan pemukim memang kerap terjadi hampir setiap hari di desa-desa Palestina. Namun jumlah dan intensitas serangan meningkat selama musim panen zaitun yang berlangsung hingga November karena pemukim menargetkan keluarga yang bekerja di tanah mereka.

Pada 12 Oktober, pemukim mencabut 900 pohon zaitun dan aprikot dan mencuri tanaman zaitun di Desa Sebastia, utara Nablus. Selanjutnya 70 pohon zaitun dihancurkan di Masafer Yatta, selatan Hebron.

Di Awarta, sebelah timur Nablus, para pemukim menebang puluhan pohon zaitun pada 13 Oktober dan menyemprotnya dengan bahan kimia. Mereka juga menghancurkan sekitar 70 pohon zaitun, buah-buahan dan sayuran di al-Tuwani selatan Hebron, dan memotong ban, serta merusak mobil dan tembok di desa Marda dekat Salfit.

Pada 14 Oktober, pemukim menebang lebih dari 80 pohon zaitun di desa al-Mughayyer, utara Ramallah. Keesokan harinya, mereka menyerang keluarga Hammoudeh di desa Yasuf dekat Salfit dengan batu, melukai empat orang. Keluarga dan penduduk lainnya diserang lagi pada 16 Oktober. Pemukim juga memukuli penduduk Burin dekat Nablus hari itu dengan tongkat, dan membakar kebun zaitun, melukai sedikitnya 12 warga Palestina.

Daghlas mengatakan di tahun-tahun sebelumnya serangan akan dimulai sepekan setelah dimulainya panen zaitun. Namun tahun ini, serangan dimulai lebih awal sehingga memaksa warga Palestina untuk merawat pohon mereka lebih cepat dari yang diharapkan.

Sejak akhir Agustus 2021, para pemukim telah melukai sedikitnya 22 warga Palestina, dan merusak setidaknya 1.800 pohon milik warga Palestina, termasuk 900 pohon di Sebastia (Nablus) dan 650 di Jamma'in (Nablus) dan al-Taybe (Hebron).

Daghlas menunjukkan selain membakar dan menebang pohon, serangan itu termasuk mencuri tanaman zaitun, mengejar petani dan mengusir mereka dari tanah mereka, serta mengancam mereka dan menenggelamkan sebagian tanah mereka dengan air limbah. "Para pemukim dan tentara mengejar kami atas mata pencaharian kami, pendapatan kami, roti kami, makanan kami," kata Daghlas.

Palestina mengatakan pemukim Israel sangat sering datang dengan perlindungan tentara dan berkali-kali bersenjata. Ini didokumentasikan oleh kelompok hak asasi manusia. Kadang-kadang, para pemukim dan tentara bekerja sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement